7 TIPS DISKUSI TEMA SENSITIF DI MEDSOS

Foto : Google.com

Beberapa hari yang lalu saya dirundung perasaan tak enak plus sedih. Pasalnya, di grup WA sebuah organisasi kepemudaan, saya menyaksikan sebuah diskusi yang penuh emosional dan kurang sehat.

Tema diskusi masalah yang lagi trend, “Soal bantuan untuk Palestina.” Temanya diakui cukup sensitif terutama karena di dalamnya mengandung perbedaan perspektif yang sangat tajam. Sampai ada peserta menyenggol persoalan keimanan segala.

Diskusi berjalan panjang dan panas. Mulai pagi hingga malam bahkan dilanjutkan esoknya. Hebatnya cuma seorang beradu dengan banyak orang. Satu orang dikeroyok ramai-ramai. Hasilnya, yang satu orang itu mungkin merasa minoritas akhirnya keluar grup. Nggak tahu di “kick” atau dia keluar sendiri.

Begitulah, diskusi yang tujuannya untuk kebaikan seharusnya berakhir happy. Eh, malah.. Unhappy.

Padahal diskusi akan sehat bila kecenderungan peserta untuk tidak memperturutkan emosi dan berpikir jernih tanpa perasaan egois. Juga memperhatikan hubungan silaturahmi. Saya yakin tak akan berakibat sefatal itu.

Memang menjaga kedewasaan berpikir dalam diskusi lebih mulia dan utama, disamping terhormat juga sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan diskusi.

Dalam beberapa diskusi yang saya ikuti, saya akan berpikir berulang kali untuk terlibat bila itu lebih banyak berkutat pada soal keyakinan. Apalagi sampai menyentil masalah iman seseorang. Pasti ujungnya akan panas.

Alasannya, susah mempertemukan dua hal yang pada dasarnya memiliki pijakan berbeda.

Itulah sebabnya dalam setiap forum diskusi sebaiknya hindarilah persoalan-persoalan menyangkut keyakinan atau keimanan seseorang.

Tujuan diskusi bukanlah sekedar untuk meyakinkan lawan diskusi untuk menerima pendapat kita. Tapi juga bagaimana lawan diskusi kita bisa mengenal perspektif berbeda dari yang dia yakini.

Cukup mengenal dan mengetahui landasan berpikirnya saja, selebihnya silahkan mereka meneruskan penggaliannya sendiri. Baik dalam ber-tafakkur ataupun melakukan telaah literatur untuk menguji kembali keyakinan yang dia miliki.

Namun sekiranya bila anda tercebur dalam sebuah forum diskusi yang dengan topik yang sensitif dan melibatkan perspektif yang sangat berbeda tanpa bisa dihindari. Semoga tips berikut ini bisa menyelamatkan jalannya diskusi:

Pertama, Kenali dulu lawan diskusi. Ini bagus untuk mengetahui tingkat pemahamannya dengan demikian kita bisa mengetahui metoda atau bahasa apa yang akan dipakai dalam berdiskusi. Kalau anda mengetahui bahwa lawan diskusi adalah bertipe “anak kecil” yang baru belajar namun sok tahu dengan ciri kata-kata yang sejenis serba “pokoknya”, maka buatlah diskusi sesingkat mungkin. Cukup memberikan tanggapan sekali dua kali, kemudian tinggalkan saja meski ia masih menuntut jawaban Ini untuk menghemat energi dan menghindari sikap emosional yang tak perlu.

Kedua, Jaga kesabaran dan sikap dengan sesantun mungkin.

Ketiga, Usahakan diskusi dalam bentuk tertulis, jangan diskusi verbal.

Keempat, Usahakan membicarakan apa yang dia ungkapkan, hindari mengulas apa yang `ingin’ kita ungkapkan.

Kelima, Usahakan beri referensi yang lawan bicara yakini/akui, sekalipun anda hendak memberikan referensi berbeda, cukup ungkapkan bahwa anda punya referensi berbeda tapi tak perlu diungkapkan karena tentu saja dia tidak akan menerima.

Enam, Tanamkan rencana Sepakat untuk tidak Sepakat” untuk menghindari diskusi yang berlarut-larut.

Tujuh, Tutup diskusi dengan closing statement.