Gus Dur menjalani masa jabatannya sebagai presiden tidak lama. Ia dijatuhkan dengan tuduhan yang sampai sekarang tidak pernah terbukti.
Tapi masa jabatannya yang singkat itu justru membuatnya berhasil meninggallkan warisan yang sangat besar bagi peradaban dan kemanusiaan di Indonesia.
Kita jadi kenal Gong Xi Fa Choi karena ada perayaan Imlek dan upaya desakralisasi DPR dengan ledekan mirip anak TK adalah beberapa diantara legasinya.
Dalam buku “Setahun Bersama Gus Dur”, Mahfud MD bercerita, Gus Dur pernah mendapat jaminan jabatannya sebagai presiden tidak akan diganggu sampai selesai dengan syarat ia mendukung Indonesia menerapkan Syariat Islam.
Gus Dur emoh.
Ia kukuh bagai karang. Upaya bargining politik itu dicuekin. Bagi Gus Dur ada garis batas yang terang antara politik, kemanusiaan, kebangsaan dan Keislaman.
Gus Dur percaya bahwa dalam hal “Perjuangan keagamaan”, membesarkan agama bukan berarti harus mengecilkan agama orang lain.
Begitu pula menjunjung tinggi agama, tidak harus dilakukan dengan menafikkan keberadaan agama lain. Atau bahkan menindas agama orang lain.
“Perjuangan keagamaan” yang genuine adalah perjuangan kemanusiaan yang penuh cinta kasih, persaudaraan dan kehendak hidup bersama secara damai. Dan untuk itu semua Gus Dur tak ada tawar menawar. Semuanya sudah final.
Gus Dur kemudian dilengserkan dengan beragam tipu muslihat.
Namun mereka keliru.
Mundurnya Gus Dur bukan berarti ia salah apalagi takut melaingkan itu dilakukan untuk sesuatu yang lebih luhur yakni keutuhan bangsa.
Untuk urusan keberanian sebagai politisi ia tetap nomor wahid setidaknya bila dibandingkan dengan kalangan elit politik yang lebih suka memilih ikut irama gendang yang ditabuh oleh lawan-lawan politiknya. Tapi membunuh idealisme mereka.
Perjalanan Gus Dur sebagai presiden memang tersendat. Tapi semangat untuk kebaikan negeri tak pernah berhenti. Ia terus berkarya tanpa lelah.
Hingga detik-detik terakhir hidupnya walau dalam keadaan sakit gus dur masih menerima keluh kesah. Gus Dur adalah tempat berkeluh kesah orang-orang Indonesia mengenai hampir semua persoalan baik masalah individu, kelompok atau masalah kebangsaan.
Sampai senjakala itu tiba.
Tanggal, 30 Desember 2009 silam. Tepat pada pukul 17.55 WIB, Gus Dur menghembuskan nafas terakhir. Rembang petang bagi seorang guru bangsa.
Kini, tubuhnya telah berkalang tanah tempat dari mana ia berasal. Tapi pikiran dan gagasan-gagasan besarnya tak mati terkubur bersama jasadnya.
Pikiran dan gagasan-gagasan itu tetap hidup dan menyala di hati para pecintanya. laksana obor yang terus menerus berkobar.
Api perjuangannya tak akan pernah padam dan akan selalu hidup dan dikenang dalam relung hati para anak bangsa.
Selamat Merayakan Bulan Gus Dur