Asa Untuk Pasangkayu

Ilustrasi : Alena Auralangie

Suasana masih asri. Nyiur melambai di kanan kiri jalan Trans Sulawesi yang sunyi. Kehidupan penduduk terlihat bersahaja nampak dari bangunan rumah mereka yang sederhana.

Kala itu pertengahan tahun 2006, saya mulai menginjakkan kaki di Mamuju Utara sebelum berubah nama menjadi Kabupaten Pasangkayu.

Karena berada di kampung. Semua terlihat biasa-bisa saja. Debu berterbangan karena jalan belum sepenuhnya beraspal. Ada warga menjemur coklat dan beberapa ekor sapi ikut berjemur di tengah jalan.

Sesekali motor RX King dan FizR melintas mendahului Bus Sinar Wahyu yang saya tumpangi dari Palu menuju ibukota kabupaten. Selain itu tak ada lagi.

Memasuki daerah Bambalamotu sekitar dua puluh kilometer sebelah utara dari ibukota kabupaten, saya dikejutkan oleh sebuah pemandangan unik. Terlihat tiga gerobak sapi beratap daun rumbia mengangkut satu keluarga beserta peralatan rumah tangganya berjalan beriringan di tepi jalan.

Mungkin karena beban yang berat atau kelelahan, pergerakan gerobak menjadi sangat lambat. Si sapi terlihat  berjalan ogah-ogahan. Sesekali terdengar kusir gerobak berteriak menyemangati sapinya. Bahkan bila tak sabar sering suara teriakan itu ditimpali dengan lecutan cambuk di punggung si sapi.

Saya perhatikan sepertinya rombongan itu akan mengadakan berjalan jauh karena gerobaknya di lengkapi lampu kapal yang di gantung di bawah atapnya. Karena belum pernah bersua, pemandangan itu menjadi sangat berkesan.

Selain kisah tentang gerobak sapi, Ada kisah listrik yang byar-pet, menyala jam 5 sore dan padam jam 10 malam karena PLN belum bekerja maksimal, ada juga kisah tentang susahnya membangun komunikasi jarak jauh karena signal handphone belum merata padahal sarana transportasi umum daerah tidak tersedia. Dan masih banyak peristiwa berkesan yang saya temukan di kabupaten pasangkayu kala itu baru berumur tiga tahun.

Empat belas tahun berlalu. Kini saya rasakan banyak perubahan besar di daerah ini.

Memasuki usia ke-17 tahun Pembangunan terlihat dimana-mana dan kian meningkat. Ada perubahan dan kemajuan.

Memang sudah seharusnya demikian walaupun harapan dan cita-cita masyarakat belum seluruhnya terpenuhi. Mengingat salah satu semangat terbentuknya kabupaten ini adalah membebaskan diri dari kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan.

Di bawah kepemimpinan H. Agus Ambo Djiwa dan H. Muhammad Saal upaya kearah perbaikan itu terus digenjot.

Namun di sadari hal itu bukan perkara mudah. Perlu dukungan dan kerjasama maksimal dari semua pihak khususnya pemerintah dan masyarakat. Dalam pembangunan daerah, masyarakat diharapkan menjadi mitra kritis dan strategis pemerintah agar pembangunan daerah menjadi efektif.

Sependek pengetahuan saya beberapa persoalan masyarakat masih belum terselesaikan hingga hari ini. persoalan lapangan kerja, akses pendidikan, nasib petani, atau pelayanan kesehatan butuh perhatian penuh.

Selain itu pesatnya perkembangan teknologi menuntut Pasangkayu menjadi Kabupaten yang modern berdasarkan prinsip good governance. Agar tewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik.

Dalam arti yang luas bukan sekedar pada pembangunan fisik semata yang diperhatikan, melainkan menyiapkan sumber daya manusia unggul dan tangguh agar berhasil menjadi Kabupaten Pasangkayu yang SMART.

Mencermati APBD yang mencapai 935 miliar, maka di Hari jadi Kabupaten Pasangkayu ini harapan dan keinginan segenap masyarakat bahwa anggaran tersebut dapat terserap dan tepat sasaran bagi kepentingan seluruh masyarakat.

Selamat Hari Jadi Kabupaten Pasangkayu ke-17 tahun

Semoga Asa masyarakat terhadap pembangunan Kabupaten Pasangkayu menjadi lebih baik dapat terpenuhi.