Barokah Kyai

nun-media.com
Sumber Gambar - www.nun-media.com

Kalau ada yang bertanya, “Anda senang membaca atau mendengar kisah dari orang lain?” Kira-kira apa jawaban anda?

Anda mungkin balik bertanya, “Kisah apa dulu?”

Atau bisa juga jawaban anda, “relatif”. Bisa iya bisa tidak.

Tapi saya yakin, seandainya menyangkut diri atau kisahnya berada dalam lingkungan yang tak jauh di sekitar kita.

Atau berpengaruh langsung atau tak langsung dengan kita.

Jawabnya pasti, Iya.

Mau kisahnya fiktif atau nyata. Mau palsu atau asli.

Tetap jawabnya, iya.

Karena begitulah. Kita paling senang dengan diri sendiri.

Nah, ada beragam cara orang menulis cerita.

Ada yang menulis cerita lewat buku, kitab atau paling praktis lewat status di media sosial.

Ada pula yang tak menulisnya dengan perantara apapun. Melainkan dituliskan dengan amal dan laku hidupnya.

Apa maksudnya?

Inilah yang ingin saya sampaikan kepada anda.

Betapa banyak cerita yang kita baca bukan melalui buku, kitab atau lewat media sosial. Namun kita baca lewat perilaku seseorang, peristiwa atau lewat pikiran kita sendiri yang membayang-bayangkan sesuatu.

Kisah seperti ini banyak di temukan dalam diri pribadi para ulama, kyai atau para arif billah.

Ilmu yang mereka miliki dalam tak berukur. Keluhuran akhlaknya bagai lautan tak bertepi sehingga sikap tawadhunya sangat terjaga.

Seperti kata peribahasa, buah dari ilmu adalah akhlak mulia.

Banyak diantara mereka tidak menulis kitab. Namun menulis kearifannya lewat prilaku diri. Atau menulis kearifan itu pada hati murid-muridnya.

Lalu para murid atau santrinya lah yang menceritakan ketauladanan gurunya.

Begitu terus menerus dari generasi ke generasi. Mirip sanad keilmuan.

Mereka adalah pribadi-pribadi penuh karisma. Dan majelisnyalah tempat sebaik-baik berkumpul.

Itulah sebabnya mengapa ada satu nasehat yang menurut saya pas dengan kisah tadi. Nasehat itu datang dari Sunan Bonang.

Katanya, salah satu Obat Hati (Tombo Ati) kalau hidup sempit, kurang bergairah dan butuh semangat, datangilah para ulama.

“wong ingkang soleh kumpulono”. Dan berkumpullah dengan orang-orang saleh begitu pesan Sunan Bonang.

Dengan berkumpul lewat sowan dan silaturahmi ke kyai dan ulama, kita dapat membaca banyak kisah melalui adab dan perilakunya.

Selain ucapan, ekspresi serta sorot mata yang lembut dan meneduhkan.

InsyaAllah akan banyak kebaikan bisa di dapat disana.

Bisa dalam bentuk doa sebagai bonus silaturahmi.

Atau bisa pula secara diam-diam orang saleh itu telah menuliskan sebuah kisah tentang keutamaan akhlak di hati kita.

Tulisan yang dibaca dan direnungkan oleh jiwa kita tanpa kita sadari.

Sampai bila saatnya tiba, kisah yang tertulis dalam hati kita itu perlahan mengubah diri kita kearah yang lebih baik.

Yang demikian Itulah kita istilahkan sebagai “Barokah-nya Kyai”