Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda adalah peristiwa menarik karena sekalipun belum ada negaranya, belum ada pemerintahannya, para pemuda Nusantara sudah membuat konsep negara kesatuan Indonesia, jauh sebelum merdeka.
Tapi ada yang lebih menarik, yaitu usia mereka. Usia Pemuda pejuang saat itu rata-rata 20 tahunan atau tidak lebih dari 30 tahun.
Ketika Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda diadakan, Sugondo Djojopuspito yang memimpin kongres berusia 24 tahun.
Mohammad Yamin yang menjadi pelopor dan salah satu tokoh sentral dalam Kongres Pemuda II berusia 25 tahun karena ia lahir tahun 1903.
Kemudian Joanna Tumbuan dari Jong Sulawesi ketika mengikuti Kongres Pemuda ia berusia 18 tahun.
J. Leimena dari Jong Ambon lahir pada tahun 1905, berarti ketika mengikuti Kongres Pemuda II ia berusia 23 tahun.
Mohammad Roem dari Jong Islamieten Bond lahir pada tanggal 16 mei 1908, berarti ketika ia mengikuti kongres itu usianya baru 20 tahun.
Pada usia semudah itu mereka sudah mempunyai kemauan kuat untuk bersatu. Sudah memiliki tekad kuat untuk menurunkan ego masing-masing untuk menetapkan bahasa persatuan yang bukan bahasa daerah mereka. Sesuatu yang di negara lain bisa mengakibatkan perang bahasa, seperti di Belgia atau perjuangan kemerdekaan di Quebec.
Mari bandingkan dengan generasi muda saat ini..
Di saat anak-anak yang berusia 15 tahun sekarang ini sedang bingung memikirkan masuk ke SMA mana, di usia yang sama Hamka masuk menjadi anggota Sarekat Islam. Sementara Mohammad Natsir masuk Jong Islamieten Bond untuk berjuang demi kemerdekaan bangsa. Bung Karno juga sudah aktif di organisasi Jong Java cabang Surabaya di usia 14 tahun.
Parahnya, di usia 15-an tahun ketika masih SMP sudah banyak anak yang terjebak pergaulan bebas, internet bebas, kecanduan games, atau sekedar galau di awal masa-masa pacaran.
Di saat anak-anak yang berusia 18 tahun sekarang ini sedang bingung mau kuliah di mana, di usia yang sama Semaun menjadi Ketua Sarekat Islam Semarang cikal bakal kebangkitan nasional.
Lebih parah lagi, di usia remaja ini, justru banyak remaja yang suka terlibat tawuran, membully teman-temannya, atau terjebak narkoba.
Di saat pemuda sekarang berusia 20 hingga 30 tahunan sedang bingung mencari kerjaan karena baru selesai kuliah, atau sedang menikmati kerja di tahun-tahun awal atau bahkan masih menganggur, di usia yang sama para pendiri bangsa sedang sibuk memperjuangkan bangsa.
Mohammad Hatta di usia 24 sudah memimpin dan menjadi Ketua Indonesiche Vereeniging tahun 1926.
Tan Malaka yang lahir tahun 1897 sudah aktif di Sarekat Islam tahun 1921 saat usianya masih 24 tahun.
K.H. Wahab Chasbullah yang lahir pada tahun 1888, telah mengobarkan dan menggelorakan semangat cinta tanah air dengan mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, saat usianya 28 tahun.
Bahkan hebatnya, di Indonesia juga pernah berdiri Tentara Pelajar yang juga menjadi andalan dalam perang kemerdekaan melawan Belanda. Usia mereka ada yang 13 tahunan.
Mungkin anda akan bilang tidak bisa disamakan antara pemuda di masa lalu dengan masa sekarang.
Kenapa tidak bisa disamakan?
Bukankah pemuda di masa lalu dan pemuda di masa sekarang sama-sama punya hal yang diperjuangkan?
Bukankah pemuda di masa lalu dan pemuda sekarang sama-sama punya cita-cita yang masih diperjuangkan?
Bedanya pemuda di masa lalu mengerti benar arti tanggung jawab. Mereka mengerti bagaimana membuat hidup lebih berarti.
Apa yang membuat kualitas pemuda di masa lalu berbeda dengan masa kini?
Salah satunya pendidikan dan lingkungan.
Pemuda di masa lalu dibentuk oleh kesadaran dan keadaan yang membuat mereka sadar mereka harus berbuat sesuatu untuk masa depan mereka.
Pemuda di masa kini dilenakan oleh lingkungan dan kurikulum pendidikan yang melupakan semangat perjuangan.
Mungkin ada yang perlu dievaluasi.