Belajar Ilmu Hidup Dari Rambutan

Ilustrasi : Alena Auralangie

Membaca mempunyai nilai positif yang cukup tinggi, selain dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, membaca juga dapat memacu kemampuan berfikir kita dalam memahami pola-pola alam yang terjadi di sekililing kita.

Dengan mengetahui pola-pola alam itu kita bisa bersikap arif dalam menafaki kehidupan di kapal antariksa yang bernama bumi ini.

Membaca bisa dengan menagamati pesan yang tersurat dan pelajaran yang terkandung di dalam gabungan kata-kata yang tersambung menjadi satu kalimat. Atau gabungan kalimat yang telah menjadi sebuah narasi.

Selain itu membaca juga dilkukandengan mengamati pesan yang tersirat pada literature alam, tumbuh-tumbuhan, manusia dan semua pola tingkah lakunya.

Alam merupakan bacaan cukup menarik untuk dicermati karena segala sesuatunya bisa menjadi pelajaran yang cukup berharga. Salah satu contohnya adalah buah mungil berbentuk bundar dan dipenuhi bulu kasar pada seluruh permukaannya.

Buah cukup tenar dengan panggilan rambutan.

Buah yang dengan nama Latin Nephelium Lappaceum ini saat muda mempunyai warna hijau dan rasanya pekat. Ketika mulai mangkal warnanya berubah menjadi kekuningan dan rasanya asam. Dan ketika masak buah ini rasanya manis dan disukai orang.

Buah ini menjadi sangat bermanfaat bagi manusia karena proses yang terjadi tadi dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi manusia.

Sewaktu muda, rambutan belum bisa memberikan manfaat secara signifikan bagi manusia. Buah ini bahkan membutuhkan perawatan kita. Dia hanya bisa memberikan angan-angan bagi manusia bahwa kelak di kemudian hari dia akan bermanfaat ketika sudah matang.

Hal ini menggambarkan kehidupan manusia ketika manusia ketika masih kecil belum bisa menjaga dirinya tapi membutuhkan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Namun harapan yang sangat besar ditaruh pada seorang anak kelak ketika dewasa ia akan memberi manfaat bagi sesame manusia, alam, bangsa dan Negara.

Saat mulai mangkal rambutan berwarna kekuningan dan rasanya asam. Masa ini adalah masa pematangan bila asupan nutrisi tidak cukup pada fase ini buah ini akan gagal panen. Atau tetap panen namun tidak memuaskan.Bisa jadi rasanya tetap kecup, buahnya kecil dan mudah diserang hama. Jadi fase ini memerlukan perhatian dan perawatan yang tepat.

Begitu pula manusia masa remaja adalah proses pencarian jati diri, proses pencarian bekal kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Pada fase ini seorang anak sangat membutuhkan pendidikan yang baik. Pendidikan ini dimaksudkan agar kelak manusia mempunyai pemahaman dalam menapaki kehidupan dunia sekaligus mempersiapkan dirinya menghadapi kematiannya.

Pendidikan yang benar dimaksudkan agar anak tidak salah jalan dalam menafsirkan makna dan hakikat kebenaran dalam kehidupan. Terutama dalam hal pemahaman keagamaan karena akhir-akhir ini banyak sekali orang yang mempunyai pengetahuan tentang agama namun faktanya jauh dari prinsip agama.

Gus Dur dalam Syi’ir Tanpo Wathon menyendir mereka dengan mengatakan, banyak orang yang hapal Al-Quran dan Hadist tapi masih suka mengkafirkan orang lain. Kafirnya sendiri tidak dihiraukan karena kotor hati dan akalnya.

Fase berikutnya adalah fase yang sangat ditunggu-tunggu yaitu fase memetik buah yang telah dirawat. Warnanya orange kemerahan. Rasanya manis bikin ketagihan. Sehingga rasa lelah saat perawatan hilang sama sekali.

Begitulah kehidupan manusia. Semakin lanjut usianya, semakin berguna pula dia bagi sekitarnya. Bukan justru menjadi beban orang lain. Bukan pula menjadi benalu perusak tatanan moral yang telah dibangun oleh lingkungan sekitarnya.

Penulis : Muhammad Yunus
(Aktivis dan pemerhati dunia pesantren)