Dinamika Ber-PMII (Kado Harlah PMII ke-61)

Gambar : Aris Bravo

Sukses tidaknya suatu organisasi tergantung pada siapa penggeraknya, apa visinya,dan apa tujuannya. Begitu pesan bijak para pemimpin yang pernah hidup dan berjaya di jamannya.

Banyak ruang yang dapat dijadikan tempat untuk menempa diri menjadi calon pemimpin. Dan sarana yang paling pas untuk menghidupkan jati diri kepemimpinan kita adalah sebuah organisasi.

Organisasi apa pun itu yang penting tujuannya untuk kemaslahatan orang banyak adalah tempat berproses yang pas buat kita. Mau itu organisasi kemasyarakatan, sosial keagamaan, pemerintahan, perdagangan, kesehatan, hukum, perekonomian, lingkungan maupun kemahasiswaan.

Dalam ruang kemahasiswaan kita diberi beragam jenis organisasi kemahasiswaan. salah satu diantaranya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII.

PMII adalah satu dari sekian Organisasi kemahasiswaan di kampus yang di didirikan dan diisi oleh anak-anak muda Nahdlatul Ulama (NU) yang melanjutkan pendidikannya perguruan tinggi. PMII sendiri memiliki semangat untuk menjawab tantangan perubahan di setiap zamannya.

Dalam perkembangannya, kader PMII dituntut sebagai penyeimbang dan penyambung lidah masyarakat yang kerap kali harus turun ke jalan menyuarakan aspirasi-aspirasi masyarakat. Baik sebagai agen perubahan (agent of change). Maupun sebagai agen kontrol sosial (agent of social control).

Sebagai garda terdepan, kader PMII harus tampil sebagai lokomotif yang menunjukan eksistensinya melalui kader-kader dan anggota yang direkrut, didik atau digembleng secara sistematis untuk menumbuhkan Jiwa militansi yang didukung oleh responsifnya serta sikap kritis menghadapi peradaban.

Baru-baru ini Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia melaksanakan kontestasi demokrasi. Sebuah peristiwa teramat penting dalam tubuh organisasi yang didirikan pada tanggal 17 April 1960, berupa suksesi kepemimpinan yakni kongres PMII ke-20.

Kegiatan ini diselenggarakan secara semi virtual dengan sistem zonasi di enam daerah zonasi. Meliputi: Balikpapan, Samarinda, Batam, Bekasi, Lombok dan Kendari. Hal tersebut dilakukan mengingat situasi belum kondusif sejak adanya pandemi COVID-19.

Dalam kongres yang mengusung tema “organisasi maju untuk peradaban baru” sesungguhnya juga merupankan Roadmap (Peta Jalan) yang hendak dicapai ke depan sehingga seorang kader diharapkan dan dituntut untuk mewujudkan hal tersebut secara bersama-sama seluruh kader PMII.

Sebagai kader PMII yang senantiasa dididik untuk mampu belajar dan melihat fenomena sekeliling melalui fikir, dzikir dan amal saleh, saya merasa bangga sekaligus berterima kasih. PMII sudah menempa pengetahuan saya dan menjadi kawah candradimuka tempat berproses bersama segenap kadernya.

Namun demikian, untuk mempertahankan tanggung jawab dan amanah sebagai kader pergerakan agar tetap melekat pada dirinya seorang kader militan, tidaklah mudah.

Setiap kader yang eksis di dalam PMII di tuntut mampu menerima dan meluruskan perbedaan dalam bendera yang sama. Merawat dan memeliharanya sebagai wujud representasi dari ilmu dan bhaktinya kepada PMII.

Dirgahayu PMII ke-61

Tumbuh subur kader PMII