Gus Dur Dan Orang Kaya Yang Kikir

Saya lupa kisah ini saya baca dari buku apa. Tapi kisahnya bagus, makanya saya ceritakan pada kedua putriku.

Kisahnya begini..

Di sebuah kampung hiduplah seorang kaya yang terkenal kikir dan sombong.

Suatu ketika orang kaya tadi berencana mengunjungi sawahnya yang sudah menguning hendak di panen.

Karena jauh dia pun mengendarai motor kesayangannya.

Untuk sampai ke sawahnya dia harus lewat di pinggir sungai. Kebetulan sungai itu berair deras.

Apesnya, karena semalan turun hujan jalanan jadi licin. Motor yang dikendarai tergelincir masuk ke sungai lalu hanyut terbawa arus. Sementara si kaya sempat menggenggam dahan pohon yang tumbuh di pinggir sungai dan dahannya menjuntai ke arahnya.

Namun kekuatan dahan pohon tak kan sanggup lama menahan bobot tubuh dan derasnya arus sungai sehingga kalau tak cepat di tolong dia bisa mati tenggelam atau terbawa arus.

Untungnya, penduduk kampung kebetulan lewat dan mengetahui kejadian itu segera datang hendak menolongnya.

“Sini tanganmu!” Teriak penduduk kampung.

Anehnya si orang kaya tadi tak bergerak. Dia sama sekali tak menyodorkan tangannya.

“Cepat, kasih tanganmu!” Teriak orang kampung makin keras.

Dan si kaya pun makin acuh. Ia tak peduli dengan teriakan itu.

Semua penduduk kampung yang ada di tempat itu heran. Padahal sebentar lagi akan datang air bah dan menghanyutkannya.

Tiba-tiba muncul Gus Dur..

“Minggir.. minggir.” Kata Gus Dur. Dia lalu mendekati si orang kaya yang hampir tenggelam.

Pak, ambil tangan saya.” Kata Gus Dur sambil menyodorkan tangannya.

Si kaya pun segera meraih tangan Gus Dur. Gus Dur menariknya. Dia selamat.

Tinggallah penduduk kampung yang bertanya-tanya. Mengapa saat mereka hendak menolong malah ditolak.

“Saya dengar lelaki itu orang kaya. Tapi kikir.” Kata Gus Dur.

“Tadi saya perhatikan waktu kalian meminta dia memberikan tangannya dia selalu menolak. Karena itu pasti susah baginya. Dia sudah biasa menerima daripada memberi. Makanya saya minta dia mengambil tangan saya. bukan sebaliknya.” Kata Gus Dur lagi.

Penduduk kampung manggut-manggut.

Tapi sesungguhnya mereka masih bingung. Kenapa ada orang di dunia ini bisa memahami hal-hal terselebung seperti Gus Dur. Dan masih mau menolong saat orang lain sudah menyerah?

Saat ditanya hal itu, Gus Dur cuma bilang, “Ya gak apa-apa, toh? Gitu aja kok repot.”