Kisah Pak Ambo dan Minyak Murninya

Gambar : Iswan

Semalam, Sabtu 6 November 2021 di Desa Bontoharu Bulukumba saya menemui salah seorang pendiri Kelompok Tani Alami (KTA), beliau biasa dipanggil Pak Ambo, namun lengkapnya Ismail Tismih.

Pria yang lahir 10 Oktober 1969 ini mulai melibatkan diri sebagai salah seorang pegiat pertanian alami tahun 2011.

Beliau mengembangkan beberapa produk hasil bertani. Salah satu yang konsen dikembangkannya adalah Minyak Murni (VCO).

Gambar : Penulis bersama Pak Ambo

Tahun 2017 lalu, beliau tertarik mengembangkan produk ini, alasan utamanya adalah keinginan untuk berinovasi bersama dengan teman-temannya di KTA Bontoharu.

Selain itu, ada informasi yang ia peroleh bahwa minyak murni (VCO) ini memiliki kandungan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan dan perawatan tubuh. Informasi jelasnya bisa dicari di internet.

Pak Ambo menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan Minyak Murni ala KTA Bontoharu, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Pertama, membuat ragi dari tempe dan nasi yang telah dimasak dandan.

Prosesnya, tempe yang telah disiapkan diiris tipis-tipis lalu dikeringkan, setelah kering, tempe tersebut ditumbuk dengan halus (bisa menggunakan blander).

Setelah halus, bubuk tempe tadi ditaburkan ke nasi dengan cara merata, lalu dibungkus menggunakan daun pisang segar dan di fermentasi selama 2 hari 2 malam. Lalu dikeringkan kembali dan dihaluskan menjadi bubuk.

Selanjutnya kita sangrai beras, setelah di sangrai beras tersebut dihaluskan dan dicampur dengan hasil fermentasi tempe tadi. Maka jadilah ragi untuk bahan campuran saat membuat minyak murni (VCO). Tujuannya agar minyak murni yang di produksi bisa bertahan lama dan tidak bau tengik (dalam bahasa kampung kalangkang).

Kedua, cara pembuatan Minyak Murni.

Kita menyiapkan daging kelapa tua yang telah dicuci bersih lalu diparut. Setelah diparut, kelapa tersebut disiramkan air panas dengan suhu 60-70 derajat celcius lalu di dinginkan. Setalah dingin baru kita tambahkan dengan air dingin yang bersih. Biasanya 5 kg kelapa parut di campur dengan air 5 liter (1:1) lalu diperas untuk menghasilkan santan.

Setelah santan dihasilkan, santan tersebut dituangkan di wadah yang bisa menampung semisal baskom atau ember ynag berwarna bening.

Untuk menghasilkan Minyak Murni (VCO) yang baik, santan yang ukurannya semisal 5 kg ditambahkan ragi dengan ukuran 1 sendok makan (1:5) lalu ditutup dengan kertas Plano yang berpori.

Proses fermentasinya berlangsung selama 24 jam. Lalu jadilah minyak murni tersebut.

Dari pengalaman pak Ambo, untuk 5 kg santan bisa menghasilkan 1 liter minyak murni (VCO), dan 2 liter untuk minyak kuningnnya.

Kurang lebih 4 tahun sudah pak Ambo menggeluti produksi minyak murni, kendala yang paling sering dihadapi adalah akses pasar.

Karena pemasaran VCO miliknya belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat, mungkin karena harganya sedikit lebih mahal dibandingkan dengan minyak goreng biasa produksi industri besar.

Tapi dari sisi kesehatan sebenarnya minyak produksi home industry lebih baik jika dibandingkan produksi industri besar tadi.

Sejauh ini Pak Ambo tetap memproduksi Minyak Murni, kedepan pria ini berharap akses pasar untuk produk minyak murni bisa terbuka luas, sebab menurutnya minyak murni (VCO) memiliki manfaat yang luar biasa untuk kesehatan.