Hidup ini seperti kopi dimana rasa pahit dan manis bertemu dalam kehangatan menjadi sebuah kenikmatan.
Kata kata ini terbingkai dan terpajang pada salah satu warkop tempat biasanya kami nongkrong ketika menikmati waktu bersantai.
Caption filosofi kopi banyak diungkapkan oleh para pecinta kopi baik di beranda media sosial maupun yang terpajang menghiasi dinding warung kopi.
Dari situ kita bisa melihat bahwa kopi merupakan minuman favorit orang indonesia pada umumnya.
Aktifitas ngopi sudah membudaya baik di desa maupun kota. Ketika berkumpul dengan sahabat kurang lengkap rasanya tanpa adanya kopi hangat yang menjadi pelengkapnya, di pagi hari kopi adalah salah satu alasan untuk bangun lebih awal.
Bagi saya kopi menjadi simbol pertemuan Tidak jarang seorang sahabat dipertemukan ngopi bareng sambil bercerita. Meski cuma ngalor ngidul tetapi hal tersebut telah mempererat silaturahim dan menyatukan cara berfikir kita bahkan ide cemerlang biasa muncul dari kegiatan ngopi ini.
Begitupula dalam ruang keluarga, kopi menjadi pelengkap perbincangan hangat dalam keluarga.
Minuman khas berwarna hitam yang mengandung kafein juga kerap menjadi teman nongkrong mahasiswa ketika sedang mengerjakan tugas.
Tetapi fungsi kopi telah beralih seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi revolusi industri 4.0 yang mana gadget menjadi teman terdekat individu. Keberadaannya bukan lagi sebagai gaya hidup tetapi sudah menjadi kebutuhan hidup.
Kopi yang biasa menemani perbincangan hangat sahabat sahabat di warung kopi, kini beralih menjadi teman setia anak anak bermain game online sepanjang hari.
Kopi yang biasa menjadi perekat hubungan keluarga dalam kebersamaan kini dimanfaatkan menjadi minuman suplemen agar kuat melek seharian kepoin beranda sosial media.
Dari situ muncul pertanyaan apakah saat ini kopi sudah tersesat atau manusia yang mabuk sosmed belum dewasa memanfaatkan gadget
sehingga kopi yang menjadi simbol kebersamaan tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya dengan baik karena gadget dan sosmed yang menjadikan manusia semakin individualistik.
Saya cuman bisa berharap kalo gadget dan sosmed menjauhkan kita, biarlah kopi yang mendekatkan kita.