Site iconSite icon pulipuli.id

Mistik dibalik Serunya Festival Koakoa

Gambar: Disbudpar Psky

Ini kejadiannya tiga tahun lalu. Festival akbar sangat menghibur. Jadi agenda tahunan pariwisata Pasangkayu. Festival Koakoa tahun 2019.

Koakoa adalah nama sebuah pantai di Kayumaloa Desa Polewali Bambalomotu. Sekitar dua puluh kilometer dari kota Pasangkayu. Tempatnya selalu ramai dikunjungi warga setempat juga dari daerah lain. Hari libur atau hari biasa.

Pantainya indah, sejuk karena masih banyak ditumbuhi nyiur. Dulunya malah sering ditemukan Maleo bertelur disitu. Sayangnya sekarang sudah tidak lagi.

Selain asri, Koakoa juga memiliki hamparan pasir yang luas dan datar. Sejauh mata memandang. Menjadi daya tarik tersendiri. Inilah memicu warga setempat dan dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar festival. Festival Koakoa itu.

Salah satu event yang paling ditunggu-tunggu selama pelaksanaan Festival Koakoa adalah “Lomba Balap Karoba”, Biar keren dan gaul disebutlah “Karoba Race”.

Karoba Race dilombakan bersama Balap Katinting dan Lomba Karoba Hias.

Karoba adalah sebutan gerobak. Gerobak dilidah warga setempak bila diucapkan berubah menjadi Karoba. Terbuat dari kayu yang ditarik seekor atau dua ekor sapi.

Karoba adalah alat transportasi yang paling umum dipergunakan masyarakat pasangkayu sejak dulu ketika jalanan belum semulus sekarang. Saat itu kendaraan roda dua dan roda empat masih langka. Jadilah Karoba sangat vital perannya. Praktis, murah juga tangguh di segala medan.

Sekarang karoba masih sering lalu-lalang di jalanan mengangkut kelapa dan hasil kebun. Sesekali mengangkut pasir. Meski jumlahnya tidak sebanyak dulu lagi.

Karena ramai pengunjung, penyelenggaraan Festival Koakoa pertama tahun 2018 dianggap sukses. Festival pun digagas kembali sebagai agenda serial. Seri wisata tahunan seperti sinetron televisi. Yang bersambung-sambung ceritanya.

Festival Koakoa tahun 2019 adalah festival kedua. Oleh pemerintah diharapkan lebih ramai. Penyelenggaraan pun digarap lebih matang. Informasi dan promosi digencarkan.

Kala itu bukan cuma lewat baliho, poster atau pamlet yang dipasang dipinggir jalan atau pusat keramaian tapi juga di media sosial. Kabar pun tersiar kemana-mana. Orang ramai merespon. Memberi gelagak positif akan hadir menonton.

Hingga tiga hari menjelang lomba orang sudah berdatangan untuk menyaksikan persiapan para calon peserta yang berlatih dan menguji arena lintasan. Sekaligus fisik dan mental si sapi.

Saya sendiri setiap sore datang ke Koakoa. Menyaksikan sapi-sapi itu berlatih sekaligus mencari jagoan. Jagoan saya jatuh pada Pasangan: The Baby.

Sudah tiga hari “The Baby” beserta seniornya, pasangan “Sinar Lembah” melatih kecepatan dan ketangguhan arena di lintasan berpasir Pantai Kokoa Kayumaloa.

Kata pelatihnya, The Baby masih muda. Usia keduanya belum cukup setahun. Tapi soal kecepatan jangan tanya. The Baby tidak kalah dari senior-seniornya.

Di tempat asalnya, Desa Tampaure Bambaira. The Baby sering menjadi “Sparing Partner”nya Sinar Lembah saat berlatih.

Sinar Lembah adalah juara tiga Lomba Balap Gerobak Sapi di Festival Koakoa tahun 2018.

Selain mengetes medan dan melatih kecepatan, pasangan The Baby juga berusaha menjaga kelenturan ototnya agar tetap elastis dan luwes. Saya saksikan mereka telah berlatih maksimal selama tiga hari itu.

Melihat tampilan The Baby berlatih banyak yang menjagokan.

Apalagi dalam beberapa sesi latihan Si “Baby” mampu mengalahkan Seniornya. Sinar Lembah. Kuat dugaan, kecepatan Sinar Lembah kian menurun karena faktor usia.

Walau begitu ada juga yang meremehkan. The Baby hanya sekedar anak sapi yang baru belajar berlari. Tak ada apa-apanya dibanding “Sang Juara”.

Tapi saya tetap yakin The Baby akan mengalahkan Sinar Lembah bahkan menundukkan Ikoni, sang juara bertahan. The Baby is “The Rising Star”

Akhirnya..

Hari yang dinanti pun tiba. Gelaran lomba berjalan. Satu-satu peserta menunjukkan kemampuan jadi juara. Yang lain bertumbangan.

Gimana kabar The Baby?

Hari pertama ia tampil perkasa. Sayang, hari berikutnya. Tidak.

Ini diluar dugaan. Dia kalah telak.

Semula perkasa berakhir Tak Berdaya.

Banyak tak percaya.

Setelah menunjukkan penampilan apik pada sesi latihan dan mental juara di hari pertama. Akhirnya langkah The Baby terhenti di hari kedua. Dia gagal menyelesaikan keseluruhan lintasan hingga ke garis finish.

Apa sebabnya?

Inilah ceritanya..

Kejadian bermula ketika bendera star dikibarkan. Sebagai tanda lomba dimulai. Tiga kusir memacu gerobaknya. Termasuk gerobak The Baby. Gerobak-gerobak pun melecat kencang meninggalkan garis star.

Untuk beberapa saat. The Baby memimpin. Posisinya beberapa meter di depan lawan-lawannya. Tubuhnya yang mungil membuatnya berlari kencang secepat angin. Sorak-sorai pendukung nyaring terdengar menandakan kemenangan sudah terlihat di depan mata.

Namun memasuki lima puluh meter awal. Sebuah peristiwa aneh di luar nalar terjadi.

The Baby yang semula berhasil mempecundangi dua lawannya. Di titik krusial, titik lima puluh meter, tiba-tiba tensi Kecepatannya menurun. Ia sukses terkejar oleh lawannya lalu di pepet. Tubuhnya yang kecil membuat lawannya yang bertubuh besar mudah mendorongnya ke samping lintasan.

Suasana yang tadi riuh rendah hening sejenak nampak sebagian penonton menarik napas panjang. The Baby berhenti di pinggir lintasan, kemudian diam tak bergerak.

Jokinya kebingungan. Sudah beragam cara ia tempuh agar The Baby kembali berlari. Di lecut berkali-kali sampai si joki harus turun dari karoba dan menuntunnya agar berlari lagi, tak dihiraukan.

Jokinya pasrah. Ia kehabisan cara untuk membujuk jagoannya meneruskan lomba.
Padahal seandainya saja The Baby masih mau berlari bukan tidak mungkin akan berhasil mengejar kedua lawannya dan tampil sebagai juara.

Sebagian penonton yang menyaksikan lomba berbeda pendapat dalam menanggapi tingkah pola The Baby. Ada yang mengatakan kesakitan karena di pepet lawannya. Ada juga yang mengatakan kakinya sempat terbenam ke dalam pasir hingga malas bergerak lagi.

Tapi semua asumsi itu ditepis pelatihnya. The Baby sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh lawan-lawannya, misalnya oleh Si Sinar Lembah. namun tak pernah dipeduli.

Biasanya bila mendapat perlakuan seperti itu The Baby masih mau berlari dan tak menghiraukan kondisinya.

Kabar angin berhembus. Sebelum berlomba seorang tak dikenal mendatangi, lalu menepuk dan mengelus-elus The Baby, entah apa maksudnya. Dan setelah kejadian itu keduanya jadi emoh berlari.

Dalam tradisi lomba pacuan sapi. Misalnya: Karapan Sapi di Madura. Biasanya sapi pacuan akan dijauhkan dari penonton. Pelatih atau pemiliknya akan terus mengontrol siapa-siapa yang berada di dekat pacuannya. Alasannya menjaga keamanan agar si sapi tetap sehat wal afiat selama lomba.

Sayangnya pelatih The Baby kurang memperhatikan hal seperti itu. Nampak sekali selama latihan dan lomba berlangsung. Orang dengan mudah mengelus bahkan ber-swaphoto dengan sapinya.

Banyak penonton yang pro The Baby menyesalkannya.

Namun mau diapa semua sudah terjadi. Yang pasti nasib si Bintang muda dan diharapkan bisa bersinar terang tahun itu, tenyata redup dan langsung dilupakan orang.

Entah bagaimana kabar The Baby kini. Apa masih berlatih bersama Sinar Lembah? Ataukah sudah dipotong?

Semuanya masih Kabur.

Se-kabur Festival Koakoa yang sudah tiga tahun tak dilaksanakan. Dan entah kapan dilaksanakan kembali.

Exit mobile version