Modal Hp Siswa Aliyah ini Bikin 4 Novel

Gambar : tempo.co

Menulis cerpen menggunakan Handphone (Hp) itu biasa. Menulis artikel pakai Hp juga sudah banyak. Yang jarang dan langka itu menulis novel pakai Hp.

Kalau yang ini jumlahnya masih sedikit. Paling beberapa orang. Diantaranya: Benny Arnas dan Mamang Suherman. Mereka ini orang hebat dalam dunia literasi. Sejak dulu sudah dikenal sebagai penulis top.

Tapi yang ini beda. Orang belum mengenalnya. Dia seorang gadis remaja. Sekolahnya di sebuah Madrasah Aliyah swasta di Banten. Masih kelas dua belas. Namanya: Nurul Aini. Biasa dipanggil Aini.

Apa hebatnya Aini?

Ya itu tadi menulis novel pakai Handphone.

Cuma itu?

Ya tidaklah!

Aini menulis bukan hanya satu atau dua novel, melainkan empat novel sekaligus.

Tahu berapa lama bikinnya?
Cuma sebulan!

Modal Hp untuk bikin empat novel dalam waktu sebulan.

Saya geleng-geleng kepala.

Sungguh kuat imajinasinya.

Judul novel Aini berturut-turut: Sejarah Cinta, Dokter Cita-cita dan Rahasia, Sesat, serta Bulan Berandal.

Saya penasaran mau membacanya. Semoga segera ada penerbit yang mencetak dan memasarkannya.

Menurut Aini Rahmat (kalau yang ini nama penanya) aktivitas menulisnya dimulai dari sebuah Handphone yang dibelikan ayahnya untuk menunjang pembelajaran jarak jauh.

Siswi Madrasah Aliyah Mathlaul Anwar Pasir Durung, Bungur Copong Pandeglang ini mengakui, dia mulai menulis tahun 2019 tapi cuma dasar-dasar. Nanti tahun 2020 dia baru serius menekuninya.

”Karena selama pandemi belajar menggunakan metode daring. Jadi untuk mengisi waktu luang pas selesai ulangan itu ya dengan nulis-nulis” Katanya seperti yang dikutip dari laman Kementerian Agama, 30 September 2021.

Tapi menulis novel menggunakan Hp bagi Aini bukan tanpa kesulitan. Pekerjaannya tidak gampang. Tetap ada masalah.

“Tulisannya kecil-kecil, kurang leluasa kalo ngetik. Kadang pusing karena terlalu dekat sama mata. Susah juga kalo mau dikoreksi”. Keluhnya.

Dia sempat bermimpi memiliki laptop dan kacamata anti radiasi supaya matanya tidak cepat lelah dan lebih enak ngetiknya. Soalnya sekarang dia lagi “on fire” bikin novel.

Aini memang sedang fokus menyelesaikan tiga novel barunya: A Woman, Nostalgia SMA, dan Tragedi Gunung Karang. Dia merasa pasti akan terbantu bila kebutuhannya itu terpenuhi

Namun Aini sadar keterbatasan ekonomi keluarga. Membeli sebuah telepon genggam saja susah. Bagaimana lagi dengan laptop. Aini cuma bisa berdoa dan bersabar.

Kisah tentang Nurul Aini kemudian menyebar. Banyak yang bersimpati padanya. Termasuk Menteri BUMN Erick Thohir yang menyempatkan diri datang menemuinya.

Sekalian bersilaturahmi dengan KH. Embay Mulya Syarief Ketua Umum PB. Mathlaul Anwar, ormas yang menaungi lembaga pendidikan tempat Aini belajar.

Bertemu menteri tentu kejutan buat Aini. Dia bangga sekali.

Untuk pak menteri dia menghadiahkan empat novel dan tandatangannya. Sementara Pak Erick menghadiahkan Laptop dan motivasi berharga untuk masa depannya.

Dapat laptop Aini bersyukur. Akhirnya doanya terkabul.

Dihadapan pak menteri Aini berjanji, kedepannya dia akan lebih baik lagi. Berharap bisa sukses dan mampu membahagiakan orang tua.

Mungkin bagi sebagian orang Pandemi bisa jadi penghalang produktivitas. Orang hidup bermalas-malasan. Tapi tidak buat Nurul Aini. Pandemi tidak membuatnya jadi mandul.

Sebaliknya dia tetap produktif. Dia sadar berleha-leha bukan tindakan mulia. Tindakan itu cuma akan menjadi penghalang hidupnya menuju kesuksesan.