MUSPIMNAS: I’m Coming

Gambar: Immank

Ini kisah perjalananku mengikuti acara Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) PMII di Tulungagung Jawa Timur. Pada 17-24 November 2022.

Sebenarnya ini tidak begitu penting diketahui cuma sekedar berbagi pengalaman. Syukur-syukur kalau anda punya pengalaman yang mirip. Kemudian membangkitkannya dalam ingatan anda.

Tanggal 13 November 2022, beberapa hari yang lalu kami rombongan PMII Cabang Pasangkayu meninggalkan sekretariat di Jalan Rambutan.

Sebanyak 5 orang, kami berangkat menuju kota Topoyo Mamuju Tengah mengendarai kendaraan bermotor roda dua. Ada tiga motor yang berangkat waktu itu.

Setibanya di Topoyo kami sempat meluruskan badan sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Mamuju.

Kali ini bergabung rombongan PMII Cabang Mamuju Tengah. Kami berangkat tidak lagi menggunakan motor melainkan menumpang dua armada roda empat.

Selama dalam perjalanan canda tawa hingga diskusi yang dibangun oleh sahabat-sahabat dari Mamuju Tengah maupun Pasangkayu mewarnai perjalanan sehingga kami mampu melupakan sedikit lelahnya perjalanan.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, tibalah rombongan kami di sekretariat Pengurus Kordinator Cabang (PKC) PMII Sulbar di kota Mamuju.

Sesungguhnya jarak perjalanan antara Pasangkayu-Topoyo dan Topoyo-mamuju tak jauh berbeda yakni butuh waktu sekitar 3 jam. Jadi tetap sama-sama lelahnya

Begitu tiba, kami langsung rapat. Sesuai hasil kesepakatan, seharusnya malam itu rombongan segera melanjutkan perjalanan menuju makassar.

Namun karena adanya beberapa kendala yang mengharuskan rombongan untuk menginap dulu sembari menyelesaikan urusan yang belum kelar. Terpaksa perjalanan ditunda.

Nanti malam berikutnya barulah rombongan PMII Sulawesi Barat bisa melanjutkan perjalanan menuju Kota Makassar.

Kali ini jumlah personil bertambah. Kalo sebelumnya hanya 2 cabang sekarang ditambah cabang Mamuju dan PKC PMII Sulbar. Jadilah perjalanan panjang itu semakin ramai.

Selama perjalanan beragam karakter manusia PMII bermunculan. Saya pelan-pelan berusaha mengenali karakter mereka satu-satu.

Ada yang suka ngelawak, ada yang suka menyayi, ada juga yang suka jahil. Sahabat yang suka jahil ini yang membuat seru perjalanan. Mereka rese menganggu sahabat yang sedang tidur sehingga mengundang tawa. Rasanya banyak betul kejadian lucu malam itu.

Setelah menempuh perjalanan Kurang lebih 10 jam, tibalah rombongan di kota Makassar. Tepatnya di PT. PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO)- CABANG MAKASSAR. Saya ingat hari itu tanggal 15/10/2022. Jam 05.40 Wita.

Pelabuhan Makassar (Foto: Rahman)

Disinilah rentetan kejadian tak diinginkan berawal.

Ceritanya, rombongan MUSPIMNAS asal Sulbar dan beberapa cabang yang ada di Sulsel batal berangkat akibat tertinggal kapal. Selanjutnya pada pemberangkatan kedua kami juga kehabisan tiket.

Mengetahui itu rasanya seperti mendengar petir di siang bolong. Kaget. Kok bisa begini?

Bagiku ini betul-betul seperti cobaan dahsyat.

Bagaimana tidak setelah menempuh perjalanan melelahkan sejauh 700-an kilometer dari Pasangkayu kami tiba di Makassar tapi tidak jadi berangkat dan hidup terlunta-lunta.

Untungnya kejadian itu tidak berlangsung lama. Setelah melalui diskusi intens beberapa ketua dari masing-masing cabang dan PKC, akhirnya disepakati untuk tetap berangkat tapi tidak lagi melalui pelabuhan Sukarno-Hatta Makassar melainkan melalui pelabuhan Barongkong Barru.

Agar tak kehabisan tiket seperti peristiwa di Makassar kami segera cabut menuju Barru. Rencananya begitu tiba disana kami segera melakukan pendaftaran keberangkatan. Jadilah rombongan PMII Sulbar balik lagi ke Barru.

Bersiap Menuju Barru (Foto: Rahman)

Saya mencatat anggota rombongan secara keseluruhan baik dari Sulbar maupun Sulsel berjumlah 146 orang. 93 orang kader dari Sulbar. Dan 53 dari Sulsel. Kami kompak berangkat bersama saat itu.

Setelah tiba di pelabuhan Barongkong kabupaten Barru sekitar jam 01.00 dini hari, seluruh rombongan mengambil tempat yang sudah disediakan dari pihak pelabuhan untuk istirahat.

Namun banyak sahabat-sahabat yang mengeluh sana-sini karena merasa lelahnya belum terbayarkan. Juga belum ada kepastian kapal yang akan berangkat.

Sebelum betul-betul naik ke atas kapal dan memastikan keberangkatan memang perasaan was-was masih terus menghantui kami.

Sore itu setelah menunggu dengan penuh harap-harap cemas. Akhirnya yang di tunggu menampakkan diri. Dari kejauhan terlihat sebuah kapal bergerak pelan menuju pelabuhan.

Melihat yang di tunggu sudah datang semangat hidup kembali bergelora. Wajah-wajah yang semula kusut kini berganti ceria.

“Akhirnya jadi juga berangkat. Kan malu sudah pamitan sama anak-anak sekret juga orang-orang di kampung, bahkan pake acara peluk-pelukan segala. Pulang mi ki lagi padahal belum sampe ki di Tulungagung.” Begitu bisikku dalam hati.

Perasaan lega-bahagia pun kini bercampur jadi satu.

Alhamdulilah. Akhirnya kita berangkat besti.

“Kapal akan berangkat malam hari.” begitu kabar yang kami terima.

Seluruh anggota rombongan mulai membereskan barang mereka. Sementara yang lain membersihkan area tempat istirahat sebelum ditinggalkan sembari menunggu proses pendaftaran selesai.

Setelah semuanya beres barulah seluruh anggota pasukan mulai mengambil barisan menunggu giliran namanya dipanggil satu per satu naik ke atas kapal.

Bagiku inilah perjalanan yang sangat berkesan dalam hidupku. Akan banyak cerita yang bisa kukenang nantinya.

Rentetan pengalaman yang kudapat selama perjalanan mulai dari Pasangkayu hingga Makassar kemudian balik ke Barru rupanya tidak berhenti diatas kapal.

Beragam peristiwa tidak enak pun bermunculan kembali

Setelah tidak kebagian tiket dan ketinggalan kapal, lalu balik ke Barru. Kembali rombongan kami mendapat cobaan.

Kali ini terjadi pada kapal yang kami tumpangi. Ceritanya begini;

Setelah berlayar kurang lebih sembilan jam, kapal kami bertemu badai. Hujan deras dan ombak besar menghadang kapal.

Akibatnya kapal menurunkan laju kecepatan. Kami pun terombang ambing di tengah lautan. Kuperhatikan beberapa orang sahabat mulai diliputi kecemasan.

Saya mencatat, hari itu Jum’at dini hari tanggal 18 november 2022.

Dalam suasana remang-remang fajar, dari balik jendela kapal saya perhatikan ombak tinggi bergulung-gulung menghantam kapal dengan ganas.

Selat Sulawesi (Foto: Immank)

Hujan disertai angin kencang seakan menemani kengerian penghuni kapal. Sementara kapal terus berperang melawan arus dan laju badai.

Suara kantong kresek dari rombongan sahabat Kopri sudah terdengar berisik menandakan suasana hati, pikiran, lambung dan tenggorokan mulai tidak aman.

Perempuan tangguh yang berada di barisan mabuk perjalanan mengambil posisi masing-masing. Posisi yang membuat mereka merasa nyaman.

Ada yang menutup mata, baring, ngemil atau bercerita untuk menutupi kecemasan dan sesekali saling melempar canda agar suasana tidak tegang.

Cuma itu yang bisa dilakukan. Selain berdoa tentunya.

Dari bawah lantai kamar terdengar suara, “kenapa ini badan terseret terus kesana kemari, Banyak sekali gah lubang di jalan?” Tanya Kak Hamka ketua PKC PMII SuLbar.

“Banyak polisi tidur ketua, jadi lantang-lantang ki” jawab ku.

Entah itu pertanyaan yang lucu atau jawabannya yang lucu, yang jelas setelah pertanyaan itu terjawab terdengarlah ledakan tawa dari belakang membuat ku kaget.

“Pasti pak bupatinya ini tidak beres eee, kenapa hancur sekali jalannya, banyak sekali lubang-lubang” Sahut salah satu sahabat dari lantai bawah kamar.

“Makan tidur ji na kerja bupatinya ini. Jadi ndak tercover ii progres kerjanya” Jawab Gibran ketua II PC PMII Pasangkayu.

Candaan seperti itu rupanya sedikit mampu mengusir kecemasan kami. Sehingga guncangan kapal tidak lagi terlalu terasa.

Yaah.. begitulah kisah perjalananku dari awal berangkat hingga sampai tempat tujuan.

Kami tiba di pelabuhan Paciran, Kabupaten lamongan, Jawa Timur. Tanggal 20 November 2022. Meskipun tak sempat merasakan riuhnya pembukaan MUSPIMNAS. Kami tetap bersyukur bisa selamat sampai di tujuan.

Tulungagung… I”m coming.