Membangun daerah agar maju dan mandiri tak mesti dengan mengandalkan komuditas yang berorientasi pada sektor “industri” seperti Sawit. Begitupun dengan Bulukumba, tak mesti dengan Sawit untuk menjadikan Kabupaten yang memproduksi Perahu Pinisi dimajukan agar rakyatnya sejahtera. Mungkin dengan Perahu Pinisi sendiri sudah cukup. Atau sektor lain seperti Pertanian, Peternakan, Perikanan, Wisata dan lainnya yang telah menjadi bagian masyarakat Bulukumba.
Apalagi jika di fasilitasi dengan Bibit Unggul sesuai janji Bupati saat kampanye….!!!
Beberapa bulan lalu di pemberian media online beredar informasi tentang keinginan Bupati Bulukumba untuk mengajak Salim Grup investasi di sektor perkebunan dengan mengembangkan tanaman ekspor yakni Sawit. Tentu, sebagai warga Bulukumba kami penting merespon pemberitaan itu.
Dari pemberitaan lain yang berseliweran di media sosial ada pandangan Kontradiksi dari wacana bupati, patut diapresiasi sebagai bahan pertimbangan terhadap gagasan tersebut atau wacana tanding dan pembanding agar terjadi dialog.
Betul, bahwa investasi merupakan salah faktor pendukung agar laju pertumbuhan pembangunan daerah bisa meningkat, tapi mesti diingat tidak semua investasi bisa berdampak baik terhadap pembangunan.
Saya termasuk warga dibagian yang “Kontra”, ya dengan alasan-alasan yang dimiliki dengan batas kemampuan.
Paling tidak alasannya seperti ini.
Fakta sejarah dan realitas sekarang, investasi Koorporasi besar juga belum memberi Kesejahteraan untuk masyarakat Bulukumba secara umum. Sebut saja di sektor perkebunan.
Misalnya PT. Lonsum yang menguasai lahan perkebunan yang cukup pantastis dengan HGU lahan ribuan hektar di Kabupaten Bulukumba.
Betul bahwa ada tenaga kerja dari masyarakat lokal di Kabupaten Bulukumba yang terlibat dalam pengelolaan tanaman karet, di beri upah sesuai kesepakatan kerja, tapi itu tak cukup berarti. Toh pekerja juga banyak yang di PHK tiap tahunnya. Jumlah tenaga kerja juga tak sebesar luasan hektar lahan yang dikelolah. Persentasenya sangat kecil. Artinya tidak berbanding lurus, ibaratnya harapan dan kenyataan sangat jauh berbeda (Das Sollen dan Dasein).
“Das sollen diartikan sebagai apa yang seharusnya terjadi sedangkan das sein adalah kenyataan yang sebenarnya. Ketika terjadi ketidaksesuaian antara das sollen dan das sein, maka disitulah timbul masalah”.
Begitu dibilangkan oleh ilmuan.
Belum lagi soal konflik, atas penguasaan lahan yang tak kunjung ada titik terang bagi Masyarakat Adat Kajang. Semoga saja tak ada perpanjangan HGU setelah tahun 2023 (Butuh Informasi Mendalam) untuk Lonsum, sehingga lahan tersebut bisa kembali kelolah oleh sang pemilik asli.
Kembali ke Sawit, Tapi yang cocok ke Sawah, tanam Bibit Unggul.
Dengan Bibit Unggul, Petani, Peternak, bisa memastikan bahwa produksi mereka berkualitas, tentunya layak ekspor apalagi jika dikelolah dengan konsep berkelanjutan sesuai permintaan pasar dunia.
Harap kita, Bupati Bulukumba bisa merealisasikan program bibit unggul, agar masyarakat Bulukumba bisa unggul pula. Amin…