Wong Kang Fung

Ilustrasi : Alena Auralangie

Oleh : Abdul Hakim Madda

Wong Kang Fung gembira bukan kepalang. Pasalnya Imlek hari yang di tunggu-tunggu etnis Tionghoa di seluruh dunia, segera tiba. Di hari itu Mereka akan saling beramah-tamah. Saling bersilaturahmi sambil mengucapkan Gong Xi Fa Choi.

Di Indonesia Perayaan Imlek telah menjadi Hari libur nasional semenjak negeri ini di pimpin oleh Presiden Gus Dur. Presiden yang super lucu dan sangat di cintai oleh Etnis Tionghoa se-Nusantara. Makanya Wong Kang Fung sangat berterima kasih pada Gus Dur. Karena Gus Dur-lah, ia bisa leluasa merayakan Imlek tanpa rasa takut di kejar-kejar rutinitas kerja sehari-hari.

Sebagai tenaga partikelir alias karyawan swasta di salah satu perusahaan pabrik mie milik Baba Liong, ia begitu tertekan. Bayangkan, seandainya Imlek tak dijadikan hari libur pastilah telinganya tak akan pernah beristirahat dari suguhan kopi pahit buatan lelaki tua itu.

Pokoknya bagi Wong Kang Fung bersama Baba Liong rasanya seperti tiada hari tanpa omelan.

“Haiyaa.. lu tidul apa kelja haa..! Oe bisa lugi besal.” Kenang Wong Kang Fung saat Baba Liong marah-marah padanya sambil mengelus-elus kumisnya yang panjang menjuntai.

Beberapa kali ia memang kedapatan sedang beristirahat melemaskan otot-otatnya yang kejang abis mengolah tepung yang akan di jadikan mie. Padahal istirahatnya cuma sebentar. Tapi mau di apa, berani melawan pasti di pecat. Sementara mencari pekerjaan sekarang sulitnya minta ampun. Makanya ia selalu berdoa di beri kekuatan agar mampu bertahan menerima gempuran kata-kata dari mulut bossnya itu. Atau minimal Baba Liong tidak selalu memergokinya saat istirahat.

Bagi Wong Kang Fung perayaan Imlek kali ini akan menjadi salah satu perayaan Imlek yang berkesan bagi keluarganya. Ia telah bersepakat dengan istrinya Mei Shing tidak  mudik dan merayakan hari bahagia itu bersama anak-anak.

Menjelang Imlek terlihat kesibukan di kediaman Wong Kang Fung. Sedari kemarin anak-anak Wong Kang Fung telah menghias seluruh ruangan dalam rumah. Putri sulungnya, Fung Bho Bho di bantu Mei Shing sebagai penanggung jawab dekorasi telah melaksanakannya pekerjaannya dengan baik. Dinding dan sudut ruangan telah di pasangi Ornamen indah yang di dominasi warna merah dan di kemas serba apik.

Chu Eng Lai putranya yang lain memasang lampion di teras rumah. Sementara si bungsu Cing Kuang Thai sibuk bermain silat. Ia berkhayal bisa seperti jagoannya dalam film mandarin.

“Oe kalo besal mau sepelti Ip Man jago Win Chun. Atau Bluc li pintal KungFu, bial Baba Liong ta suka mala-mala sama oe punya papa, cieet..cieet.” Seru Cing Kuang Thai sembari terus bergerak memperagakan jurus-jurus silatnya.

Setelah semuanya dianggap beres. Keluarga Wong Kang Fung bersantap bersama. Di atas meja makan nyonya Mei Shing menyiapkan hidangan spesial Pallu Mara. Dalam sekejap makanan ludes dari tempatnya. Rupanya tenggorakan keluarga Wong Kang Fung sangat akrab dengan makanan khas Makassar, Nyonya Mei Shing memang rajin bersosialisasi dan pandai bergaul dengan warga setempat terutama dengan tetangga-tetangganya.

Setelah setahun di tunggu, akhirnya Imlek datang juga. Wong Kang Fung dengan penuh suka cita membagi-bagikan angpao kepada siapa pun yang bertamu ke rumahnya. Ia sambut semua tamunya penuh antusias. Meskipun dengan gaji pas-pasan sebagai karyawan pabrik mie Baba Liong, ada perasaan bahagia membuncah dalam dadanya. ia bersyukur karena di tengah kekurangannya, ia bisa berbagi dengan orang lain.

“Kapan lagi beldelma kalo bukan cakalang.” Kata Wong Kang Fung.

*Penulis adalah warga biasa menetap di Pasangkayu