JEJAK KEBAIKAN

Gambar: Google.com

Di sebuah desa, ada seorang anak remaja bernama Arya. Ia adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya yang sudah renta di dalam sebuah gubuk dalam desa. Arya duduk di bangku kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Di desanya, ia dikenal sebagai anak yang usil. Setelah pulang sekolah, Arya biasanya akan pergi mengambil madu di tengah hutan untuk di jual kepada salah satu toko kelontong di desa tersebut.

Arya sangat terkenal di desanya karena keusilannya, ia kerap kali merusak tanaman warga bahkan terlibat perkelahian dengan teman-temannya. Arya sudah sering ditegur, bahkan dinasehati oleh warga, Tetapi, bagi Arya kesenangannya lebih penting daripada aturan dan norma yang berlaku.

“Dasar anak kurang ajar” ucap seorang bapak-bapak yang telah dirusak tanamannya oleh Arya.

“Ya begitulah pak, kalau anak tumbuh tanpa didikan dari orang tua. Mereka pasti akan menjalani hidup dengan karakternya yang kurang ajar” jawab sang istri sembari merapikan kembali tanaman-tanaman yang berserakan.

“Pak, ini ya madunya. Uangnya saya ambil besok saja ketika saya mengantar lagi supaya uanya lumayan” Arya menggantung madu tersebut di tempat yang sudah disediakan oleh pemilik toko

“Hari ini cuman 4 botol ya?” tanya pemilik toko kelontong

“Iya pak, kemarin saya tidak sempat mengambil banyak, mau mancing soalnya” jawab Arya.

“Saya butuh stok 10 botol perhari untuk seminggu ke depan, kamu bisa ngga? Nanti harganya saya naikin 6 persen.”

“Bisa pak” jawab Arya dengan antusias.

Arya menyanggupi permintaan pemilik toko tersebut, sambil membayangkan seberapa banyak uang yang akan ia dapatkan dalam seminggu itu, Tanpa memikirkan berapa lama waktu yang akan dia habiskan dalam hutan untuk mencapai target setiap harinya.

Ini sudah hari ketiga Arya selalu pulang larut malam dengan gendongan tas madunya yang berisi 10 botol madu untuk diantarkan esok hari. Jam sudah menunjukkan pukul 23.45 PM, Arya berjalan sambil beberapa kali menghela nafas karena merasa lelah.

“Haduh, lagi-lagi pulang larut, Aku udah capek banget mana jalannya masih jauh banget” keluh Arya sambil sesekali menendang kerikil kecil yang ia lewati.

Tiba-tiba Arya melihat seseorang berjalan mengendap-endap keluar dari kandang ayam Pak Beni. Arya berlindung di balik salah satu pohon sambil memperhatikan gerak-gerik orang tersebut.

“Wah itu pasti maling, kalau pak Beni ngapain dia jalannya pelan-pelan gitu?”

Belum lama Arya mengatakan hal tersebut, orang itu sudah keluar dari dalam kandang ayam pak Beni sambil membawa tas berisi dua ekor avam “Hei, siapa kamu?!” teriak Arya yang membuat orang itu kaget lalu berlari terbirit-birit.

Arya berlari mengeiar pencuri tersebut dengan sekuat tenaga, tanpa menyadari bahwa salah satu tas kosongnya terjatul. Meskipun sudah berusaha sekuat tenaga, tentu saja kekuatan berlari Arya tidak dapat mengejar kecepatan lari pencuri tersebut. Arya kehilangan jejak pencuri itu, akhirnya Arya memutuskan untuk pulang saja karena waktu juga semakin larut dan ia besok harus tetap bersekolah.

Keesokan paginya, warga beramai-ramai mendatangi rumah Arya.

“Dasar pencuril! Keluar kamu!l”
“Aryal Keluar kamu dasar anak kurang ajar!!!”

Ucap warga meneriaki nama Arya dengan amarah sambil menggedor-gedor pintu rumah yang sudah hampir roboh tersebut. Setelah beberapa lama, akhirnya Arya keluar dengan kebingungan melihat ada banyal warga yang menunggunya di depan rumah.

“Ada apa sih? Pagi-pagi sudah ribut-ribut” tanya Arya.

“Dasar anak kurang ajar!! dimana kamu sembunyikan ayam-ayam kami?!` tanya salah satu warga.

“Kamu kan yang mencuri ayam pak Beni semalam. pasti kamu juga yang mencuri ayam warga-warga disini!l” tuduh warga lainnya.

“Apa maksud kalian? Saya tidak pernah mencuri apapun milik warga, apalagi mencuri ayam pak Beni!” jawab Arya

“Sudahlah mengaku saja, mau menyangkal sampai kapan kamu?!” Tanya pak Beni sambil mencengkram bahu Arya.

“Benar! Jangan menyangkal lagi, kami sudah menemukan barang bukti! Jadi katakan saja dimana kamu menyimpan ayam-ayam kami?” desak seorang warga lagi.

“Aku harus bilang berapa kali lagi kalau aku bukan pelakunya??” jawab Arya dengan nada yang sudah sedikit meninggi.

“Kalau begitu kita bawa saja dia ke pak RT. Biar nanti dia di bawa ke kantor polisi”

“Benar, ayo, bawa saja anak kurang ajar ini”

Arya pun diseret paksa menuju rumah pak RT, sedangkan neneknya hanya bisa melihat cucunya dibawa paksa olel warga, Karena lumpuh, nenek Arya hanya mampu meneteskan air mata, tanpa bisa melakukan apapun melihat cucunya pergi.

Sesampainya di rumah pak RT, Arya kembali di desak agar mengakui tuduhan warga. Namun sekuat apapun Arya menyangkal, itu tidak membuahkan hasil apapun.

“Nak Arya? Apa benar yang dikatakan warga, bahwa kamu telah mencuri ayam pak Beni semalam?” tanya pak RT kepada Arya

“Udah pak, jangan ditanya lagi. Kalau maling pada ngaku, kantor polisi mana cukup pak” sarkas warga.

“Iya pak, langsung aja bawa ke kantor polisi. Biar kapok!!”

“Saya udah ngaku pak , kalau sava ngga mencuri apapun milik warga, apalagi ayam pak Beni. “Jawab Arya meyakinkan pak RT.

“Tapi nak Arya, warga menemukan tas-tas madu milikmu di sekitar kandang ayam pak Beni tadi pagi” Jelas pak RT.

“Alasan apa lagi yang mau kau katakan sekarang dasar pencuri?!” ketus pak Beni.

“Semalam itu saya pulang dari mengambil madu pak, dan memang beberapa malam ini saya selalu pulang larut karena ingin mencapai target madu yang mau saya ambil pak, Tapi semalam di perjalanan pulang, saya melihat ada seseorang yang memasuki kandang ayam milik pak Beni. Ketika saya teriak dia langsung lari pak, sudah berusaha saya kejar tapi tenaga saya tidak mampu pak. Mungkin saat saya berlari, tas madu saya jatul pak” Jelas Arya kepada pak RT.

‘Halah, pintar sekali kamu membuat alasan. Kamu pikir setelah mendapatkan bukti ini, kami akan percaya dengan perkataanmu?” Ucap seoraug warga menambah panasnya suasana yang teriadi.

“Bawa aja dia langsung ke kantor polisi pak, kami juga sudah resah melihat keusilannya!!” ucap Pak Beni.

“Sudah, sudah, Siapa tau Arya mengatakan hal yang sebenarnya, Kita ambil jalan tengahnya saja, bagaimana kalau kita mengadakan jaga malam di pos ronda untuk beberapa malam ini untuk membuktikan apakah benar Arya yg mencuri atau bukan.’ ucap pak RT memberikan solusi kepada warga.

Awalnya warga tidak ada yang setuju dengan saran pak RT, namun setelah perdebatan panjang antara Arya, warga, dan pak RT. Akhirya, saran pak RT diterima Wargapun kembali ke rumah masing-masing begitu pun Arya.

“Astaga!!” ucap Arya berlari sambil menepuk jidatnya.

Sesampainya di rumal, Arya terburu-buru bersiap-siap mengantar madu dan ke sekolah.

“Aduh, terlambat lagi. Pasti aku akan kena hukum lagi kali ini”

Arya pun berlari sekuat tenaga menuju ke toko kelontong untuk mengantar madu tersebut, sayangnya madu Arya ditolak oleh sang pemilik toko.

“Saya tidak mau lagi menerima madu dari seorang pencuri, kamu bawa pulang saja madumu itu. Ini, uang madu 3 hari terakhir, Kamu jangan kesini lagi!!” Usir pemilik toko,

“Saya tidak mencuri pak” jawab Arya dengan lemas, namun tidak, di dengarkan lagi oleh pemilik toko.

Terpaksa, dengan langkah berat Arya berjalan menuju ke sekolah meskipun ia tahu bahwa sampai di sekolah nanti pasti dia harus menjalani hukuman dulu.

“Kamu lagi, kamu lagi yang terlambat Kamu tuh ngapain aja sih Arya, setiap hari terlambat?!!” Tanya Ibu Fani

“Biasa bu, pasti nyembunyin barang curian dulu baru ke sekolah.” Ketus teman kelas Arya

Sepertinya hari ini adalah hari sial bagi Arya. Madunva di tolak, dia juga harus membersihkan wc dulu sepulang sekolah. Belum lagi ia harus mendengarkan cibiran dari teman-teman sekolahnya.

Atas saran dari pak RT, warga setiap malam melakukan jaga malam di pos ronda sambil bermain kartu atau bahkan sambil bercerita ditemani secangkir kopi. Pencuri itu tidak pemah menampakkan diri, membuat warga semakin yakin atas tuduhannya kepada Arya. Arya hanya mampu berdo’a agar keajaiban pertolongan Allah segera datang kepadanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 malam, beberapa warga yang berjaga sudah ada yang setengah sadar karena mengantuk dan dinginnya cuaca malam. Tiba-tiba, suara riuh ayam di belakang rumah salah satu warga membuat para penjaga pos terkejut, mereka segera berlari ke arah suara riuh tersebut.

Sepertinya malam ini do’a Arya dikabulkan oleh Allah, pencuri itu muncul dan dikeiar oleh warga, Malam itu, terjadi aksi kejar-kejaran antara warga dan pencuri tersebut. Setelah memakan waķtu, akhimya pencuri tersebut ditangkap dan langsung di bawa ke pihak berwajib.

Keesokan harinya, semua warga berbondong-bondong mendatangi rumah Arya bersama pak RT untuk meminta maaf kepada Arya karena telah menuduh Arya kemarin. Sebagai permintaan maaf pek Beni, Arya dibolehkan bekerja sebagai pengantar tempe menggunakan sepeda yang disediakan oleh pak Beni ketika Arya ada waktu libur Pemilik toko kelontong juga memperbolehkan Arya menyetor madu lagi.

Setelah kejadian itu, Arya berusaha memperbaiki citranya kepada warga. Ia sadar, bahwa sifat warga seperti itu kemarin karena perilakunya yang kurang baik, dan yang menjadi dorongan yang negatif kepadanya dirinya ketika ada kejadian seperti itu.[]

Oleh: Najwa Nurfaiza Saidin (Siswa SMAN 1 Pasangkayu)