Hujan masih turun. Sudah hampir seharian membasahi bumi dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Sebenarnya tidak deras-deras amat. tapi cukup membuat Dara kesal. Anak kecil itu kesal menunggu kapan hujan berakhir dan kembali bermain di halaman depan rumahnya.
Dara berdiri di depan jendela. Pandangannya lurus ke depan Menatap halaman rumah yang basah oleh genangan air hujan.
Aku tidak suka hujan” gerutunya sambil menatap keluar jendela.
Bunda mendengar apa yang diucapkan Dara hingga dia berjalan mendekati putrinya yang masih berdiri di depan jendela. Wajah Dara cemberut.
“Sayang, hujan itu rahmat dari Tuhan untuk kita semua.” Ucap Bunda lembut sambil mengeluarkan tangannya ke jendela dan menyentuhkan air hujan ke tangan Dara. Dara mulai tertawa ketika air hujan menyentuh jemarinya.
Rahmat itu apa bunda?” Tanya Dara.
Rahmat itu adalah tanda bahwa Tuhan sangat sayang pada kita” jawab Bunda sambil menatap wajah Dara. Namun Dara menggeleng.
“Tuhan tidak sayang sama aku. Kalau sayang kan harusnya aku boleh main. Tidak hujan!” Keluh Dara.
“Sayang, lihat langit itu! Pernah kan Bunda ajak Dara naik kendaraan? Naik motor, naik mobil. Masih ingatkan?”
“Iya bunda, kenapa?”
“Kalau naik kendaraan, dari belakang pasti keluar asapnya. Ada warna putih. Ada warna hitam. Betulkan?” Dara mengangguk.
“Nah, kalau setiap hari terkena asap, langit kan bisa kotor sayang. Makanya, Tuhan menurunkan hujan agar langit kembali bersih. Seperti juga Dara harus mandi setiap hari agar hilang kotorannya” Lanjut Bunda sambil menatap ke arah langit.
“Iya, Agar hilang dakinya.” Sela Dara.
“Betul sekali! Nah, kalau mandi kita juga pakai air kan? Air itu dari mana coba? Semuanya diberikan Tuhan lewat hujan, sayang.” Kata Bunda
“Air hujan itu yang nanti disimpan dalam tanah kemudian mengalir ke sungai, danau dan laut. Setelah itu, bisa kita pakai untuk memasak, mencuci minum atau menyiram tanaman. Coba kalau tidak hujan. Air akan habis kan, sayang?”.
“Jadi Si Meme juga tidak bisa minum, bunda? Tanya Dara sambil melirik kearah kucing kesayangannya.
“Iya, sayang. Meme dan hewan lain juga butuh minum. Tumbuhan juga. Karena itu, Tuhan memberikan agar semua tetap hidup.” Kata Bunda.
“Tuhan baik ya, Bunda?”
“Iya sayang, Tuhan memang baik.” Jawab Bunda sambil mengelus rambut Putrinya.
“Tapi, aku tidak bisa mengejar kupu-kupu.” Protes Dara.
“Bisa kok, sayang. Setelah hujan reda kamu ajak kakak main lagi. Tapi Main yang lain saja ya. Sekarang biar hewan dan tumbuhan semuanya minum dulu dari air hujan itu.” Ucap Bunda.
“Baik bunda.” Dara tertawa.
Dia lalu berlari mengitari ruangan. Sambil sesakali memanggil nama kakaknya yang sedang berada di ruangan lain.
Kini Ia terlihat begitu bahagia. Hujan bukan lagi penghalang baginya untuk gembira. Hujan tidak lagi menyebalkan. Dan dia sungguh kaget ketika hujan reda dan Bunda berseru,
“Lihat sayang! Ada pelangi.” Tunjuk Bunda ke arah langit.
“Iya pelangi!” Teriak Dara sambil berlari keluar.
“Iiih..cantiknya! Tiba-tiba kakak muncul dari arah belakang Bunda dan mengagetkan Dara.
“Baguskan sayang? Tuhan memang selalu baik, memberi hujan dan pelangi pada kita.” Kata Bunda sambil memeluk kedua putrinya.
“Iya Bunda. Tuhan sangat baik. Aku suka hujan!” Kata Dara.
“Sekarang, ayo kalian main lagi. Tapi harus hati-hati karena halaman basah dan licin.” Ucap Bunda mengingatkan.
Dara memegang tangan kakaknya. Kemudian mengajaknya bermain. Kali ini tidak mengejar kupu-kupu melainkan membuat perahu dari kertas. Perahu kertas itu diletakkan diatas genangan air bekas hujan barusan.
Mereka sangat bahagia hari ini karena Tuhan telah memberi hujan dan pelangi. Dan tentu saja bisa kembali bermain lagi.