Menggerutui Hujan

Sepertinya kampungku sudah memasuki musim penghujan. Kalau kuingat-ingat hampir setiap hari turun hujan. Interval waktunya tidak teratur. Kadang turun siang, kadang malam, tidak jarang subuh. Sering juga pagi hari.

Kalau hujannya pagi jadi malas beraktivitas. Maunya cari yang hangat-hangat. kopi atau pisang goreng misalnya. Keduanya adalah pasangan serasi dan harapan terindah di musim hujan.

Tapi Kalau nggak ada mending ke pembaringan tarik selimut lanjutkan tidurnya. Selesai persoalan.

Masalahnya kalau hujan paling senang turun pagi hari, kan tidak mungkin terus menerus di rumah tanpa ada aktivitas sama sekali. Makanya ini yang perlu dicari solusinya. harus  kita harus mulai mempersiapkan sesuatunya.

Kalau ikut kata pepatah sedia payung sebelum hujan. Maka payung adalah kebutuhan pokok bagi pejalan kaki di musim hujan. Atau jas hujan bagi yang melaju di jalan dengan motor.

Namun ada konsekuensi yang  lain. Anda harus bersiap-siap untuk membersihkan cipratan lumpur yang mengotorinya terutama di saat sedang mengendarai atau setelah hujan reda.

Begitu pula dengan acara tidur atau ngopi anda di rumah. Aktivitas itu akan terganggu bila menyadari ada atap rumah yang bocor. Memperbaiki atau meletakkan ember dibawah atap bocor tadi adalah solusinya.

Sementara anda yang menetap di daerah rawan banjir harus lebih waspada apalagi bila hujannya deras dan waktunya panjang karena bencana banjir sudah mengintai. ujung-ujungnya pasti merepotkan.

Tapi betulkah tujuan dan fungsi hujan memang untuk merepotkan manusia?

Jawabnya tidak.

Karena seperti yang dipelajari dari Ilmu Pengetahuan Alam, hujan itu bersifat alamiah dan seimbangkan alam sekitar. Ada panas ada dingin. Ada terik ada hujan. Tuhan menciptakannya seimbang.

Karena matahari air menguap dan membentuk awan di langit. Lalu pada kondisi tertentu awan tadi menurunkan hujan. Dan ini menjadi sunnatullah (ketetapan Tuhan) agar bumi tidak tandus dan penghuninya tetap bisa mengkonsumsi air.

Dengan turunnya hujan kita juga menjadi belajar. Jika tak mau basah persiapkan payung atau bawa jas hujan. Jika hujan kita harus membetulkan atap rumah karena bocor. Maka perlu disadari tanpa hujan kita tak akan pernah tahu keadaan rumah kita. Jika hujan membuat kita kuatir bencana banjir, maka kita tak akan peduli dengan lingkungan kita.

Semua ketidaknyamanan itu muncul karena kita belum siap menghadapi lingkungan dalam keadaan apapun.

jika rumah kita baik-baik saja kita tentu tak akan peduli dengan hujan. Jika banjir tak datang sangat mungkin kita tak akan peduli dengan sampah yang bertumpuk dan menghalangi laju air yang mengalir selokan di depan rumah. Atau tak pernah membersihkan kendaraan kita yang sudah bulanan tak pernah tersentuh air.

Menyalahkan turunnya hujan sebagai bentuk ketidaknyamanan bukan perkara yang bijak. Sepertinya tak perlu ada yang dipersalahkan untuk setiap kejadian yang kita tidak inginkan, selain diri sendiri.

Mengapa?

Karena kita tak memiliki hak untuk menentukan siapa yang salah. Selain itu jika hujan turun dan kita berada pada keadaan yang kurang tepat, percayalah. Itu artinya sedang ada yang lebih perlu dan membutuhkan hujan itu dan kita tak perlu egois menghadapinya. Apalagi sampai menggerutuinya.