Saya, Natal dan Kenangan Masa Kecil

Ilustrasi : Alena Auralangie

Saya selalu bersuka cita menjelang Natal. Begitu Natal tiba saya selalu terkenang salah satu episode kanak-kanak puluhan tahun yang lalu di desa kelahiran saya, di Sidodadi Wonomulyo.

Kala itu kemeriahan Jemaah mempersiapkan Natal di gereja masih terekam jelas dalam ingatan saya.

Kesibukan mereka menghias Pohon Natal, mendekorasi ruangan atau mendengarkan lagu dari paduan suara gereja yang sedang berlatih.

Saya ingat ketika itu di saat mereka tengah serius dengan aktivitasnya, saya cuma memperhatikannya dari balik pintu atau berdiri di dekat jendela gereja tak berani masuk karena takut mengganggu.

Ketika kesibukan membenahi gereja dan latihan paduan suara itu selesai. Oleh kakak-kakak yang berlatih paduan suara, saya sering ditawari minuman soft drink dan kue-kue kering.

Tapi paling sering saya tolak karena malu.

Sering pula saya diajak membunyikan lonceng gereja oleh teman-teman yang beragama Kristen, tentu seijin orang dewasa.

Karena loncengnya berat dan dan tali pengikatnya besar, biasanya tali itu serentak kami tarik beramai-ramai sambil tertawa gembira.

Karena kerasnya, suara lonceng terdengar sampai ke rumah. Jarak rumah dengan gereja memang dekat hanya seratusan meter saja.

Tapi kami yang beragama Islam dan tinggal di dekat gereja tidak pernah merasa terganggu, malah terhibur mendengarnya.

Sering ibu bercanda kala mendengar lonceng itu berbunyi, “Ayo semua! siap-siap berangkat, gereja sudah memanggil.” Demikian katanya sambil tertawa.

Karena sering main-main ke gereja, pernah suatu pagi usai mandi dan berpakaian rapih. Ibu berpesan agar saya sarapan sampai kenyang. Supaya nanti ketika disana, saya tidak ma’bennya-bennya (mengemis-ngemis kue).

“Ajaq mappakasiri-siri (jangan malu-maluin)”. Katanya. padahal ibu tahu saya itu jaim dan sedikit pemalu.

Kini, menjelang Natal saya masih tetap bersuka cita. Walau suka cita itu tidak semata-mata untuk Hari Natal, tapi semua hari-hari istimewa yang di rayakan umat beragama apa pun jenis keyakinan dan kepercayaan mereka.

Saya percaya setiap agama maupun kepercayaan sejatinya mengusung cita-cita mulia bagi kedamaian hidup di muka bumi.

******

Selamat Natal…

Buat saudara-saudaraku yang merayakannya. Semoga suka cita Natal bersama anda semua.