Sukardi seorang pemuda sederhana yang hidup di sebuah kampung nun jauh dibalik bukit. Ia ingin sekali mengubah garis hidupnya. Lalu berangkatlah ia menuju kota untuk mencari pekerjaan.
Sebagai seorang yang besar di kampung, Sukardi mempunyai keahlian di bidang merawat tanaman.
Sesuai dengan keahliannya Sukardi mendatangi kantor yang mempunyai taman dengan harapan keahliannya akan berguna.
Setiap kantor yang didatangi selalu tertarik dengan penampilannya yang lugu, tapi tidak ada satu pun yang mau menerimanya walaupun hanya sebagai seorang tukang kebun. alasannya selalu sama, Sukardi tidak punya ijazah.
Memang karena keadaan keluarga dan kampungnya tidak memungkinkan bagi Sukardi untuk menyelesaikan sekolah dasarnya maka ia tidak mempunyai ijazah.
Lelah mencari sampai sekian waktu lamanya, tidak ada satupun kantor yang menerimanya sebagai tukang kebun. Akhirnya, Sukardi memulai usaha mandiri dengan menjual tanaman.
Diawali dari sebuah kios kecil, usahanya berkembang dengan pesat. Beberapa tahun kemudian Sukardi sudah menjadi pengusaha dibidang tanaman hias yang cukup sukses.
Sukardi sekarang mempunyai karyawan yang cukup banyak bahkan ada beberapa yang berpendidikan sarjana.
Suatu saat, salah seorang karyawannya yang seorang sarjana manajemen mengusulkan sebuah ide cemerlang agar Sukardi menulis buku kisah suksesnya. Pasti buku tersebut bestseller.
Tapi Sukardi menolak usul itu. Alasannya, ia tidak mempunyai ijazah karena tidak selesai sekolahnya, jadi dia tidak bisa menulis sebuah buku.
Betapa terkejutnya karyawan tersebut ketika mengetahui bahwa atasannya yang seorang pengusaha sukses itu ternyata sekolah dasar saja tidak lulus dan tidak punya ijazah.
Karena penasaran karyawan tersebut bertanya kepada Sukardi, “Mengapa bapak tidak sekolah?”
Sukardi menjawab dengan pertanyaan balik, “Kalau saya sekolah dan punya ijazah tahukah kamu, saat ini saya jadi apa?”
Karyawan tadi menjawab, “Tentunya jadi pengusaha yang lebih sukses dari sekarang, pak..”
Sukardi menerangkan, “Bukan. Seandainya saya punya ijazah, saat ini saya masih jadi tukang kebun di sebuah kantor.”
Demikianlah kesuksesan tidak tergantung pada ijazah, tapi pada inovasi dan kreativitas.