Kata diatas sepintas lalu tak memberi kesan berarti bagi yang membaca dan mungkin juga bagi yang mendengar saat diucapkan melalui mulut orang biasa. Tapi akan berbeda jika diucapkan oleh orang yang sedang memiliki ‘kuasa’ dan ‘modal’.
Ya, begitu kira-kira kata ‘Memperbaiki’ sebagai kata yang sering digunakan oleh dan atau pembicara. Ia hadir sebagai pelengkap kalimat yang akan disampaikan.
Namun diruang berbeda, kata ‘Memperbaiki’ bukan sekedar kata yang diucap semau hati, namun memiliki makna dan harapan besar bagi yang mendengarnya. Tepatnya diruang aspirasi saat reses oleh anggota dewan atau saat kampanye paslon yang sedang mengikuti kompetisi pilkada atau pemilu.
Begitupun diruang aksi demontrasi mahasiswa atau kelompok tertentu, kerap kali kata ini diucapkan berkali-kali. Tujuannya sama, yaitu ‘Memperbaiki’ sesuatu yang belum baik.
Misal, saat reses (penyerapan aspirasi oleh anggota dewan). Haparan perubahan nasib berseliweran dalam benak peserta reses, disampaikan dengan nada pelan, sesekali kalimat sanjungan dan penghormatan setinggi-tingginya diucap agar harapan yang disampaikan bisa jadi prioritas utama untuk dieksekusi oleh pamangku kebijakan.
Begitupula saat kampanye berlangsung, pertanyaan yang kerap muncul oleh masyarakat yang mengikuti kampanye paslon apa yang hendak di perbaiki atau ingin memperbaiki apa sehingga mencalonkan diri sebagai paslon?
Dalam ilmu bahasa, dosen atau guru memperdengarkan kepada mahasiswa atau muridnya tentang makna Konotasi dan Denotasi, agar kita memahami setiap kalimat maupun kata yang disampaikan oleh lawan bicara. Harapannya adalah agar tak salah memaknai kalimat maupun kata yang disampaikan.
Seperti halnya kata ‘Memperbaiki’, nampaknya juga harus dimaknai seperti perjelasan dosen atau guru yang mengajar tadi. Biar tak bias !
Tiga tahun yang akan datang, pesta demokrasi akan dihelat kembali.
Di Sulsel, kita akan menyambut eforia Pilgub serentak. Tahapannya akan mulai tahun 2022 mendatang, jadwal pemilu tahun 2024 telah perbincangkan hangat.
Banyak ketua partai telah menampilkan senyum hangat. Dibeberapa ruas jalan di ibu kota, ada pula sudah sampai di pelosok desa. Maksudnya merela menyapa rakyat sembari memperkenalkan diri melalui baliho layaknya iklan produk.
Tak lama kemudian kita akan menjumpai kata Memperbaiki bersamaan dengan paslon melalui baliho yang dipasangkan diruas jalan.
Bisa jadi sebagai janji agar rakyat tertarik pada paslon tersebut atau sebagai citra diri atas usaha merebut hati pemilih nantinya.
Tapi yang pasti, kita berharap kata Memperbaiki itu bukan sekadar kata pelengkap atas ucapan maupun tulisan, tapi terwujud dalam bentuk nyata dalam kehidupan masyarakat yang sedang membutuhkannya…..