Bambaira, 03 Oktober 2023..
Pagi yang sibuk bagi lbu Gloria sebagaimana ia dipanggil oleh murid-murld di SMA Negeri 1 Bambaira dalam mempersiapkan anak kewaliannya mengikutl kegiatan Sirah Nabawiyah yaitu hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dirangkaikan dengan ragam lomba antar kelas.
“Pertebal garisnya nak!” ucap Gloria pada Inayah sembari menunjukkan gambar kaligrafi dengan lafaz subhanallah dari ponselnya. Anak kewaliannya, Inayah sedang latihan membuat kaligrafi. Bukan berpangku tangan melainkan mendampingi latihan Inayah hingga hari perlombaan tiba. Gloria tetap antusias memotivasi murid-murid mengikuti kegiatan keagamaan sekalipun Gloria beragama Kristen tidak seperti murid-muridnya yang beragama Islam.
Di daerah Bambaira terdapat sekolah yang begitu kental akan kultur Islam. Dari organisasi hingga kegiatan-kegiatannya berbalut nuansa Islami. Penggunaan hijab secara syar’i sudah tidak tampak asing di sekolah ini. Pada tahun Ajaran 2018/2019 Gloria Pasangga,S.Pd bergabung sebagai Guru Fisika di SMA Negeri 1 Bambaira. Kurun waktu tersebut seluruh guru maupun murid menganut agama Islam. Hingga kini Gloria masih bertahan dan juga satu-satunya penganut Agama Kristen.
Di lndonesia tidak jarang terjadi kondisi dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok minoritas dan mayoritas pada suatu komunitas masyarakat terlebih mengenaî penganut agama. Kita ketahui bersama agama Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Populasi pemeluk agama Islam sering kali lebih banyak dari penganut agama lainnya di dalam suatu komunitas masyarakat. Hal serupa terjadi pada Gloria sejak ia bergabung ke SMA Negeri 1 Bambaira. Di daerah Bambaira tempat Gloria tinggal sekaligus bekerja sebagai seorang guru mayoritas penduduk memeluk agama Islam hingga hanya Gloria seorang yang menganut agama minoritas yakni agama Kristen. Seorang diri hidup di tengah-tengah pemeluk agama mayoritas menyebabkan keseharian yang tampak kontras. Walau begitu Gloria tetap dapat hidup berdampingan tanpa melihat perbedaan. Dari kelas ke kelas Gloria menjalankan kewajibannya sebagai pengajar dengan tulus.
Bayangan setiap benda mulai menyusut menandakan siang segera sampai di puncaknya. Tanpa menunggu bel berbunyi Gloria menyadari waktu salat zuhur akan segera tiba. Ketika itu tidak tampak pergerakan dari ruang-ruang kelas. Bahkan kelas yang telah mengakhiri pembelajarannya juga tampak seolah pembelajaran belum berakhir. Murid-murid masih saja berdiam di kelas seolah tidak ada yang menyadari waktu yang tersisa hingga dilaksanakannya salat zuhur segera tiba. Ketika matanya menangkap tidak ada pergerakan dari ruangan kelas. Gloria mencoba mengingatkan murid untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan salat zuhur berjamaah menggunakan pengeras suara sekolah.
“Segera ke musholla, ambil air wudhu dan laksanakan salat zuhur berjamaah” Ajak Gloria melalui pengeras suara sekolah.
Sekalipun Gloria bukan seorang muslim Gloria sangat menyadari betapa pentingnya ibadah salat bagi seorang muslim. Gloria senantiasa mengingatkan murid-muridnya ketika waktu salat akan tiba. la juga selalu menekankan pada murid-muridnya agar tidak meninggalkan kewajiban beragama. Gloria tidak akan mengizinkan murid- muridnya meninggalkan kewajiban beragamanya masing-masing selama itu masih dalam jangkauannya.
Kadang kala toleransi yang diperlihatkan Gloria menjadi pengingat bagi siswa maupun guru di sekolah. Suatu ketika seorang guru mencoba memotivasi murid-muridnya agar senantiasa melaksanakan salat lima waktu. Guru tersebut menyatakan bahwa perhatian Gloria terhadap keberlangsungan salat berjamaah di sekolah yang sangat memukau perlu murid-murid renungi. Gloria yang bukan seorang penganut agama Islam jauh lebih mampu memahami betapa pentingnya salat itu bahkan la tidak segan mengingatkan ketika waktu salat akan tiba. Toleransi dan empati menjadi sesuatu yang melekat pada keseharian Gloria.
Ketika di sekolahnya ada kegiatan keagamaan yakni kegiatan untuk mengisi bulan Ramadan dilaksanakan beliau dengan percaya diri mengikuti kegiatan bersama murid dan guru lainnya. Glora mencoba selaras dengan kegiatan yang diikutinya. Gloria terbiasa mengenakan pakaian tertutup sehingga la akan tampak mengenakan pakaian secara syar’i jika saja ia mengenakan khimar menutupi kepalanya. Walau tidak mengenakan khimar beliau tetap saja tampak selaras dengan kegiatan keagamaan ini. Kehadiran Gloria di kegiatan ini membuktikan bahwa ia memiliki pandangan pluralisme yang sangat kuat Usahanya untuk selaras dengan kegiatan ini memberikan contoh toleransi yang sangat besar di mana ia sendiri adalah penganut Agama Kristen.
Jiwa seni yang dimiliki Gloria membawa dirinya berkontribusi memaksimalkan potensi yang dimiliki murid-muridnya. Pada kegiatan Pekan Olahraga, Seni, Keilmuan, dan Keagamaan (PORENIKA), Gloria diberi amanah untuk bertanggung jawab pada rangkaian acara penutupan. Gloria memahami sekolah ini berbeda dalam mengekspresikan seni. Dalam hal seni sekalipun nuansa Islam tidak pudar. Pada acara penutupan tersebut Gloria memilih menampilkan Tari Saman di mana tari ini sendiri menampilkan nuansa islami. Kostum yang digunakan para penari Saman berupa pakaian tertutup dengan khimar yang menutupi kepala penari perempuan. Bukan hanya Tari Saman, Seni Bela Diri Pencak Silat juga ditampilkan pada acara tersebut secara berkelompok.
Murid yang akan tampil pada acara penutupan melalui hari-hari menjelang penutupan PORSENIKA dengan berlatih ditemani Gloria selaku penanggung jawab dari mereka. Hingga sore hari mereka terus berlatih mempersiapkan penampilan mereka pada acara penutupan yang akan datang. Gloria terus mendorong murid-muridnya untuk semangat berlatih. Mereka berhasil menampilkan Tari Saman dan Seni Bela Diri Pencak Silat dengan baik sehingga mengundang kekaguman dari penonton. Tari Saman menampilkan kekompakan penari melalui kelihaian mereka dalam wiraga, sedangkan Pencak Silat memperlihatkan keselarasan dari satu gerakan ke gerakan lainnya.
Usahanya menggali potensi seni dari murid-muridnya tidak hanya sampaï di situ saja. Lagi-lagi Gloria diberi amanah sebagai penanggung jawab kegiatan MPLS. Melalui kegiatan ini Gloria berhasil memberi wadah pada murid baru dalam hal seni. Kegiatan ini diakhiri dengan penampilan berbagai jenis seni yaitu penampilan menyanyi, menari, serta drama.
Di Indonesia terdapat berbagai perbedaan baik suku, etnik, Bahasa, budaya, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan agama ada bermacam-macem agama yang dianut masyarakat Indonesia. Bahkan Indonesia telah mengakui enam agama berketuhanan yang maha esa. Dibutuhkan penerimaan terhadap semua perbedaan ini sehingga masyarakat dapat hidup berdampingan tanpa menghapus perbedaan.
Dewasa ini perbedaan bukan lagi hal yang asing untuk disikapi. Keberagaman telah mewarnai nusantara sejak lama Suku, etnik, bahasa, budaya, dan agama bukan terhitung jari jumlahnya Semula keberagaman ini menyebabkan ketimpangan baik dari segi latar belakang, budaya maupun kepentingan. Berbeda dari masa lampau kini keberagaman bukan lagi bahan permasalahan. Justru kini keberagaman dipandang sebagai kekayaan bagi Indonesia.
Pada era perjuangan para pahlawan menyadar pentingnya persatuan dan kesatuan Para pahlawan mengubah strategi perjuangan yang semula bersifat kedaerahan berubah menjadi bersifat nasional. Pada masa itu persatuan dan kesatuan telah diperjuangkan. Persatuan dan kesatuan pun telah menjadi nyata. Namun, tentu diharapkan persatuan itu tidak hanya sebatas generasi itu saja namun dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Kondisi ini mengarahkan Indonesia menemukan hal yang dapat menyatukan masyarakat layaknya landasan bagi keberlangsungan masyarakat hingga Soekamo atau lebih akrab disapa Bung Karno menggaungkan Bhineka Tunggal Ika. Semenjak itu kata Bhineka Tunggal Ika digaungkan sebagai semboyan Negara Indonesia. Persatuan pun berhasil diwariskan.
Den keseharian Glonia jelas menampakkan implementasi dan pluralisme. Toleransi yang ia tampilkan menjadikannya role model bagi mund-murid di sekolahnya. Gloria telah banyak berperan dalam pembentukan karakter murid-muridnya. Hal mengenai toleransi dan rasa empai itulah Gloria contohkan dalam kesehariannya.[]
Oleh : Ruhania (Pelajar SMA Negeri 1 Bambaira)