EMPEROR’S NEW CLOTHES

Gambar : Google.com

Ini dongeng ciptaan HC Andersen, si Raja Dongeng dari Denmark. Judul aslinya Kejserens nye Klæder (Denmark). Dalam bahasa Indonesia, terjemahannya bervariasi antara Baju Baru Sang Raja hingga Raja Yang Bodoh. Mungkin tergantung muatan kepentingan penerjemahnya.

Ceritanya kira-kira begini dalam versi ingatan saya..

Konon, seorang Raja di sebuah kerajaan antah-berantah punya hobi yang sangat ‘luarbiasa”: membeli pakaian yang indah-indah untuk dirinya dengan memakai kas negara. Pokoknya beliau harus mengenakan pakaian terindah; lebih indah dari semua orang lain. Berapapun biayanya, akan dibeli. Tidak peduli itu berarti kas negara dihamburkan.

Suatu saat, dua orang penjahit menghadap Raja. Mereka menawarkan untuk membuat pakaian bagi sang Raja yang belum pernah ada di muka bumi, dan tentu saja paling indah dibandingkan semua pakaian yang pernah dibuat dan yang akan dibuat siapapun. Emas aknjadi benangnya. Batu permata, mirah delima, intan dan zamrud dan lain-lain akan menjadi bros, kancing, rantai dan aksesorisnya. Sang Raja akan terlihat sangat luar biasa dalam busana tersebut. Istimewanya adalah, pakaian itu hanya bisa dilihat oleh orang jujur dan pintar. Sang Raja berpikir: ini saatnya dia tahu, siapa penipu dan orang bodoh di antara para menteri dan seluruh rakyatnya. Raja setuju.

Kedua penjahit meminta disediakan ruangan khusus, serta memberikan daftar barang-barang yang dibutuhkan. Tentu saja, itu daftar barang yang sangat mahal. Emas, perak, intan, mutiara dan semua bahan perhiasan paling mahal ada dalam daftar tersebut. Raja tidak peduli: semua harus terpenuhi. Kas negara dipakai sehabis-habisnya, para pegawai kerajaan berburu ke seluruh pelosok negeri mendapatkan apa yang diminta. Kedua penjahit mulai bekerja.

Sang Raja secara rutin mengirim menteri-menterinya untuk meninjau pekerjaan kedua penjahit tersebut, sampai terakhir mengutus Perdana Menterinya sendiri. Semua pejabat tersebut menjumpai hal yang sama: kedua penjahit sibuk bekerja, memintal, menenun, menjahit, sambil sesekali menjelaskan apa yang mereka sedang kerjakan. Semuanya pun mendapatkan masalah yang sama: tidak ada sama sekali pakaian yang bisa mereka lihat. Jadi, entah mereka bodoh, entah mereka penipu dan korup! Maka, mereka selalu membawa laporan yang sama kepada Raja: kedua penjahit bekerja dengan luar biasa, hasil kerjanya begitu istimewa dan indah, Raja akan kelihatan sangat anggun dengan pakaian barunya, dan seterusnya. Sang Raja senang sekali dengan laporan-laporan rutin dari orang-orang kepercayaannya itu. Beliau memutuskan: akan diadakan pawai kerajaan ke seluruh negeri ketika ia mengenakan pakaian barunya.

Ketika tiba hari yang ditunggu, kedua penjahit menghadap Raja. Di ruang ganti kerajaan, mereka membantu Raja mengenakan pakaian baru tersebut dengan hati-hati, sesekali memberitahu betapa luar biasa sosok sang Raja dalam balutan pakaiannya yang baru. Setelah selesai, sang Raja menghadap ke cermin, dan kedua penjahit berkata,”Indah bukan, Yang Mulia?”

Raja hanya melihat dirinya mengenakan pakaian dalam. Tidak ada satu senti pun pakaian baru istimewa yang bisa dilihatnya. Jadi, dia bodoh. Atau dia penipu dan korup pula. Siapa pemimpin yang rela ketahuan bodoh, atau penipu, atau korup, atau tidak cakap? Maka Raja mengangguk, tersenyum, berputar di depan cermin, menyetujui betapa indahnya pakaian barunya, sambil mencoba dengan susah payah untuk melihat apa sebenarnya yang sedang beliau kenakan.

Arak-arakan kerajaan bergerak dari istana, sang Raja berdiri anggun di atas kereta. Semua pejabat, pengusaha, orang-orang terpandang kerajaan, berdiri di sepanjang jalan bersama seluruh rakyat. Semua mengelu-elukan sang Raja, berbicara satu sama lain tentang betapa indahnya busana Raja, meski tidak ada satu pun melihat apa yang Raja kenakan selain pakaian dalam. Siapa yang mau ketahuan bodoh atau penipu? Bagaimanapun, Raja pasti mengenakan pakaian indah. Meski yang bisa mereka lihat hanyalah pakaian dalamnya. Pokoknya Raja tidak mungkin telanjang, dan mereka tidak boleh bodoh atau korup atau penipu atau tidak cakap.

Di ujung jalan raya kerajaan, seorang anak kecil tiba-tiba maju ke depan, melihat sang Raja, lalu berteriak:”Hei, Raja telanjang!” Orangtuanya terlambat menutup mulut si anak. Teriakannya keburu terdengar. Anak-anak lain segera pula menyahut:”Raja telanjang! Raja telanjang!” Dan segera riuh suara anak-anak menyerukan hal yang sama, hingga sampai ke telinga Raja. Sang Raja murka. Juga malu. Ia menyuruh kusir memutar balik kereta, kembali ke istana. Kedua penjahit dicari, tapi mereka telah menghilang……

Ceritanya berhenti di sini. Tidak ada kelanjutannya. Kita mungkin harus menentukan sendiri, apa pesan moralnya. Sembari mereka-reka, bagaimana nasib para menteri, nasib mereka yang mengelu-elukan pakaian istimewa sang Raja, nasib si anak yang pertama kali berteriak, atau nasib sang Raja sendiri.

Ketika membaca cerita ini waktu kecil, pertanyaan yang timbul di kepala saya adalah: Siapa nama kedua penjahit tersebut?

Kalau anda, apa pertanyaan yang timbul?