Ironi Yerusalem

Gambar : Google.com

Sore merangkak senja. Semburat merah di cakrawala mulai menepi ke barat. Matahari enggan berlama-lama. Ia pun mulai meredup menuju peraduannya.

Hawa dingin Gurun Sinai mulai terasa memeluk badan. Menusuk masuk ke dalam tulang.

Angin berhembus pelan mengiringi suara merdu muadzin menyeruak langit dari arah perbukitan Yudea. Melantunkan bait-bait suci. Memanggil Umat Muslim membesarkan Ilahi.

Tiba-tiba dari berbagai arah terdengar dentang lonceng gereja mengiringi doa Malaikat Tuhan membuat suasana senja kian terasa magis.

Tak jauh dari tempat itu, sejumlah Orang Yahudi khusyuk membaca doa sambil mengangguk-anggukkan kepala di depan Tembok Ratapan.

Semuanya memuliakan Tuhan.

Sejak berbad-abad yang lalu, kisah indah tentang perdamaian dan toleransi mewarnai hidup warga Kota Yerusalem. Kota yang sangat penting artinya bagi Umat Yahudi, Kristen dan Islam.

Penting karena di dalamnya terdapat situs suci. Tembok Ratapan bagi Yahudi. Gereja Makam Kristus. Gereja pertama dan bunda semua gereja. Dan Masjidil Aqsa. Masjid suci ketiga Umat Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ada pula Masjid Kubah Batu.

Selama ribuan tahun orang datang ke kota ini untuk berziarah. Mereka percaya bahwa kota ini adalah pintu gerbang menuju surga. Di sini mereka merasa dekat dan bisa bercakap-cakap dengan Tuhan sang pencipta.

Secara spiritual Yerusalem menjadi pusat keselamatan dan kedamaian dunia. Sesuai namanya yang berarti “WARISAN PERDAMAIAN”. Kata Yerusalem, berasal dari Bahasa Ibrani, YERUSHALAYIM (Yerusha artinya warisan dan Shalom artinya damai).

Ironisnya, Yerusalem juga memiliki sejarah panjang yang kelam. 30 abad jadi rebutan. Di taklukkan, di hancurkan dan di bangun kembali. Seperti kisah 90 tahun Perang Salib.

Sejarah Yerusalem mengisahkan tentang kasih dan kebencian. Kasih tersebar di mana-mana. Namun kebencian juga mencolok mata.

Tak jarang kebencian mengalahkan kasih. Satu lemparan batu akan di balas dengan rentetan tembakan kematian. Di susul bom bunuh diri. Akhirnya darah pun tumpah membasahi bumi.

Pertumpahan darah terjadi akibat saling klaim kepemilikan sah atas Yerusalem, antara Israel dan Palestina.

Beragam upaya telah di lakukan untuk mencari titik temu. Namun tetap saja menemui jalan buntu.

Akankah perdamaian terjadi? Ataukah kebencian akan abadi?

Entahlah…

Hanya Tuhan yang tahu…