Ayahku Penakluk Badai

Gambar: google.com

Seminggu yang lalu kutinggalkan rumah dan berpamitan pada kedua orang tua untuk pergi memperbanyak langkah kaki mencari ilmu dan pengalaman di kampung orang.

Hari ini sudah genap seminggu perjalanan menuju Tanah Jawa, ke Tulungagung jawa timur tepatnya.

Tadi malam ada sedikit kejadian yang membuat penumpang kapal yang kutumpangi merasakan takut dan khawatir. Mungkin mereka baru mengalami hal seperti ini.

Badai yang terjadi semalam memang cukup mengerikan. Angin kencang dan ombak besar menghantam kapal yang kami tunggangi.

Akibatnya kecepatan kapal menurun dan guncangan yang terjadi membangunkan orang-orang yang sedang tidur.

Jangankan untuk sekedar berjalan, berdiripun badan serasa ingin terjatuh. Jika tak berpegang di dinding, lemari atau tiang kapal.

Untuk melepas rasa penasaran, kukuatkan tumpuan kaki lalu berdiri dan berjalan menuju teras kapal sekedar melihat kondisi dan cuaca di tengah laut.

Meskipun harus terhempas ke kiri dan ke kanan akibat guncangan itu. Kukuat-kuatkan diriku.

Entah mengapa setelah melihat ombak yang menghantam kapal pikiranku tiba-tiba tertuju kepada ayahku, muncul banyak kemungkinan dalam benakku.

Mungkin begini yang dirasakan ayahku ketika berada di tengah laut di hantam badai seperti ini.

Ohh.. mungkin begini yang dirasakannya ketika terombang-ambing dihantam ombak yang datang bergulung-gulung.

Atau bisa jadi mungkin lebih parah lagi yang dirasakannya dibanding apa yang ku rasakan malam tadi.

Tiba-tiba muncul keinginan untuk memanggil ayahku sang penakluk badai. Julukan yang rasanya pas kusematkan padanya ketika berlayar di tengah ombak besar saat pergi mencari ikan di tengah laut.

Alasannya sederhana perahu yang beliau miliki bukanlah perahu yang besar ukurannya.

Saya bayangkan kapal besar sekelas pelni saja terguncang ketika bertemu badai, bagaimana dengan perahu ayahku. Perahunya cuma memiliki panjang 9 Meter dengan lebar 80 centimeter.

Beberapa orang mungkin beranggapan akan mustahil bisa bertahan di tengah badai seperti itu.

Tapi tidak untuk ayahku. Dia mampu mematahkan semua anggapan seperti itu dan membuktikan dia bisa kembali ke darat dengan selamat.

Tidak sekali atau dua kali beliau bisa membuktikan hal itu, profesinya sebagai nelayan sudah mencapai angka puluhan tahun.

Coba saja pikir ada berapa banyak badai yang ia lewati selama puluhan tahun itu.

Saya tidak membanggakan ayahku tapi pada faktanya hanya dia yang bisa memberikan bukti nyata bagaiamana keberanian dan ketangguhan seorang nelayan yang hidupnya tak lepas dari laut.