Gus Yaqut : The Rising Star

Oleh: Abdul Hakim Madda*

“I pray for you. You pray for me. We are brother” (Saya doakan anda. Anda doakan saya. Kita bersaudara). Begitu kata Paus Fransiskus mengakhiri pertemuan dengan rombongan Pengurus Pusat GP. Ansor di Lapangan Santo Petrus Vatican, Rabu 25 September 2019. Ansor menemui Sri Paus untuk menyerahkan Document Ansor Declaration of Humanitarian Islam. Sebuah dokumen tentang dukungan Islam terhadap kemanusiaan dan perdamaian dunia. Dokumen itu diserahkan langsung oleh ketua umumnya.

Bagi Ansor, Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang menjaga keharmonisan diantara pemeluk agama. Pemahaman ini yang melahirkan Komitmen Ansor untuk terus merawat keutuhan NKRI di tengah menguatnya sentimen berbau SARA dan paham radikalisme di tanah air.

Sebenarnya Ansor sudah menunjukkan hal itu jauh-jauh hari. Pernah pada satu kesempatan, sang ketua dengan suara lantang menyulut semangat cinta tanah air kepada 1.300 peserta apel Akbar Banser di Jawa Barat.

Katanya, “Jika hari ini ada kelompok-kelompok yang ingin mengganti, yang ingin meruntuhkan negara ini dan menggantinya menjadi bentuk negara lain, maka sebagai kader Ansor, kader Banser dan kader Nahdlatul Ulama, kita harus siap berada di garda terdepan menyerahkan jiwa dan raga kita untuk negara yang kita cintai ini.” Memang jargon NKRI Harga Mati bukan lagi sekedar slogan atau lips service bagi Ansor. Lebih dari itu Ia telah menjadi “Spirit of fighting” semua kader di setiap tingkatan. Mereka satu suara. Satu komando.

Lelaki itu bernama Gus Yaqut. Lengkapnya H. Yaqut Cholil Qoumas. Ia adalah Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, sebuah organisasi pemuda di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) ormas Islam terbesar di Indonesia. Belakangan ini memang nama GP. Ansor lagi naik daun dibawah kepemimpinnya.

Cucu penulis Kitab Fenomenal, Tafsir Al-Ibriz, KH. Bisri Mustofa dan keponakan pengasuh Pondok Pesantren Roudhatut Tholibin KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) adalah panglima tertinggi Banser. Ia mengemandoi sekitar 7 juta anggota (laporan Digital Tracking, 2016). Dan siap bergerak jika ada perintahnya.

Sebagai ketua, Gus Yaqut adalah pribadi yang kokoh. kokoh dengan apa yang di yakininya. Termasuk ketika ia memposisikan Ansor vis a vis dengan kelompok HTI. Kelompok yang ingin merubah konsep negara yang telah di sepakati bersama oleh para pendiri bangsa dan menggantinya dengan konsep Khilafah.

Di sadari langkah yang diambil Ansor lewat Gus Yaqut tentu bukan tanpa resiko. Beberapa kali ia dan Ansor mendapat ancaman. Ancaman di serbu bahkan ancaman hendak di bunuh. Tapi itu tidak membuatnya surut. “Apapun taruhannya, tak peduli. Semua resiko akan ditanggung. Ansor tak kan bergeser sejengkal pun.” Ujarnya.

Sepintas lalu apabila belum mengenalnya kita pasti berpikir macam-macam. Pembawaannya yang tenang, pendiam, pasti orangnnya kaku. Begitu pikiran kita. Padahal ia sangat ramah, humoris, suka jahil namun perhatian. Bagi teman-temannya ia pribadi yang menyenangkan.

Meski keturunan terpandang, ia tidak suka menyombongkan diri. Hidupnya sederhana. Waktu kuliah kontrakannya kecil di gang sempit di kawasan pasar minggu. Kemana-mana cuma naik bis kota atau angkutan umum. Padaha saat itu bapaknya KH. Muhammad Cholil Bisri adalah anggota DPR/MPR. Namun Gus Yaqut tetap biasa saja.

Selain berkiprah di Ansor, Gus Yaqut pernah aktif di beberapa organisasi. ketika kuliah di jurusan Ilmu Sosiologi Fisip UI, Mantan Wakil Bupati Rembang Jawa Tengah 2005-2010, pernah menjabat Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang UI Depok 1996-1997.

Di PMII, inilah naluri kepemimpinannya di asah. Dalam pengambilan keputusan, misalnya. Ia dikenal penuh pertimbangan. Tidak mudah grasak-grusuk atau asal-asalan. Semuanya harus di kaji secara matang terlebih dahulu.

Gus Yaqut juga memiliki intuisi yang tajam. Menurut cerita teman-temannya sesama aktivis. Ia bisa merasakan seseorang itu berbohong atau tidak padanya walaupun cuma lewat telepon. Di lain waktu ia juga mampu menunjukkan kebenaran-kebenaran intuisinya. Dalam beberapa kesempatan Ia bisa menebak apa yang ingin disampaikan seseorang sebelum orang itu menyampaikannya.

Dengan kemampuan yang ia miliki, kemampuan dalam menganalis persoalan dan kepekaan intuisinya dalam membaca sesuatu merupakan modal kuat menjadi orang besar. Di tambah sikapnya yang sederhana, bijak, tidak sombong dan suka guyon menurut saya merupakan tandem yang pas untuk melengkapi kekayaan yang dibutuhkan seorang calon pemimpin bangsa.

Saya yakin Gus Yaqut mampu menjadi “The Rising Star”. Ia calon kuat memimpin bangsa ini ke depan.

God always be with you, commander.

*Penulis adalah Ketua GP. Ansor Kabupaten Pasangkayu.