Produk Lokal, Adakah Pasar Sehat?

Gambar : Iswan Afandi

Pengolahan hasil produk pertanian merupakan bagian penting dari rantai produksi pertanian oleh petani. Disortir, dikemas dengan mengandalkan kemampuan dari petani penguasaan berlebih oleh segelintir orang atas sektor pertanian, khususnya atas hasil produksi yang tak kunjung meraih mimpi Kedaulatan.

Penentuan harga, jumlah produksi labeling sehat dan tidaknya itu dikontrol tanpa harus menguras keringat dilahan pertanian. Hanya dengan modal kapital dan duduk di kursi berkelas nan empuk mereka mengeksploitasi tanpa sadar dan rakus.

Pagi ini menjadi topik diskusi dengan Bang Naga Bonar ditempat budidaya kopi robusta miliknya. Target 25.000 akan disiapkan di lahan milik anggota organisasi Bintang Tujuh dengan sistem Natural Farming (Pertanian Alami). Kopi ini akan di Kemas, diberi Brand, kualitas pengolahannya akan di pelajari, harga harus Pro Petani yang relatif ekonomis agar menikmati kopi mesti dalam keadaan senang tanpa harus takut karena soal harga yang melangit. Namun tetap ada pengecualian.

Hari ini diskusi cukup berat, ada rasa jengkel dan frustrasi melihat kondisi tersebut, harus bergerak dan menggiring arus balik agar mimpi berdaulat bisa tercapai. Perlahan, mulai dari diri sendiri, keluarga dan sahabat. Nanti pasti akan membesar melebihi kelompok kecil yang menguasai sekarang.

Oh iya, Bibit kopi telah selesai ditanam, Selanjut tinggal ngopi ajaknya…!!!

Disituasi yang berbeda, Setelah beberapa hari mengikuti rangkaian kegiatan petani, ternyata ditemukan persoalan hampir sama yang dihadapi oleh peternak, khususnya yang sedang mengembangkan ternak sapi di kampung ini.

Akses dan Kepastian Pasar masih menjadi sekelumit masalah yang kadang menghantui para pelaku ternak dengan modal kecil mereka beternak. Sahabat ku (ES) menjelang magrib curhat dengan masalah yang dihadapinya saat ini.

Beberapa tahun lalu, tepatnya sekitar 3 lalu ia memulai alih profesi dari buruh di Kalimantan kemudian memilih menetap dikampung dan membangun usaha. Modalnya bukan dari hasil merantau, tapi ambil pinjaman modal di salah satu Bank untuk memulai usaha. Dirantau ia belum sukses, akhirnya memilih kembali.

Kenapa memilih Bank? Tentu harapnya dengan bunga yang tak begitu besar jika dibandingkan dengan pemodal lain.

Kali ini, kita mau mengulas kenapa Produk Lokal Petani atau Perternak sulit memenangkan pasar yang lebih menguntungkan bagi mereka? Paling tidak poin yang bisa dituliskan ada dua kemungkinan,

Pertama masalahnya ada pada produksi oleh Petani dan Peternak sendiri yang tak masuk dalam bursa pasar yang lebih besar.

Kedua, mungkin juga karena faktor diluar petani dan peternak yang membuat jauh dari pasar tersebut. Mereka hanya menjadi produsen yang tak perlu tahu bagaimana pasar bermain. Artinya ada aktor lain yang memegang kedali pasar itu mau seperti apa, bukan seperti maunya petani dan peternak tadi yang sedang memproduksi.

Wallahua’lam, ini hanya pandangan biasa dari penulis.

Ada dua hal yang harus dilakukan agar kondisi ini bisa berubah, pertama, kebijakan harus berorientasi pada keinginan dan kebutuhan petani atau peternak termasuk soal akses pasar tadi, kedua partisipasi petani secara kualitas dan kuantitas harus besar dan massif jika menginginkan produk milik petani dan pertenak bisa mengambil peran pada pasar. Sebab berdaulat atas harga produksi milik mereka sebagai Produsen, Ya tentu Konsepnya berkeadilan.

Begitu kira-kira pesan yang saya tangkap saat Pak Armin Salassa menyampaikannya di forum-forum diskusi.