Reka Ulang Puasa

Gambar : psikologiforensik.com

Memang kehadiran puasa di bulan Ramadan tahun ini sisa menghitung hari, padahal puasa tahun lalu saja seolah belum rampung dibaca sebagai kurikulum perbaikan mental.

Makanya reka ulang puasa, selain penting diulang secara intens, kontinu bahkan secara konstan di tiap tahunnya, juga terasa mendesak didekati maknanya secara berulang.

Meski pola pengulangan ternyata tidak hanya dimiliki puasa di bulan Ramadan. Pola pengulangan yang sama dapat diperluas cakupannya dan diperdalam maknanya sampai menyentuh persoalan sosial, politik dan budaya.

Produk budaya seperti puisi dan cerita rakyat misalnya, selain menonjolkan pola pengulangan pada sisi tanda dan bunyi, pola pengulangan juga dapat ditemui dari aspek pengulangan penceritaan, utamanya pada masyarakat yang kuat tradisi lisannya.

Pola pengulangan itu lazim disebut repetisi. Pola ini tidak hanya berfungsi menonjolkan kesan (suspense), tapi dianggap sanggup meninggalkan pesan serta nilai mendalam bagi para penikmat puisi dan cerita rakyat.

Jadi kekuatan tema, penokohan, plot dan setting cerita, terkadang diposisikan sebagai pemanis (gimmick) di dalam puisi dan cerita. Entah itu cerita yang diproduksi budaya maupun narasi sosial dan politik yang terlanjur dikonsumsi secara minor.

Bisa dibayangkan jika seorang pemimpin di dalam politik tidak lagi mengenali nilai kepemimpinan. Siklus, transisi dan masa peralihan kekuasaan di tiap periodenya-hanya dimaknai sebatas pengulangan kekuasaan temporer yang minim arti, nihil makna bahkan bisa sampai kehilangan hikmah pengabdian.

Jangan heran jika kuasa pembangunan banyak diwarnai adegan penggusuran, pembongkaran, alih fungsi, bahkan sebatas merenovasi atau mengganti warna cat bangunan. Arti kemajuan mendadak tidak ramah bagi bersemainya nilai etik, etos serta spirit asali pembangunan.

Olehnya itu, dimensi pengulangan yang dimiliki puasa, sosial, politik dan budaya-jika belum sanggup melahirkan kekayaan arti, makna dan hikmah biasanya hanya menarik disimak sebagai pengulangan melodramatik yang dipenuhi gimmick.