Panen dan Keterlibatan Perempuan, Masihkah?

Gambar : Pinterest.com

Kurang lebih empat bulan lamanya kedelai dirawat, dirawat seperti anak sendiri. Begitu salah satu iklan produk kecap membilangkan.

Padi juga demikian, dirawat seperti anak sendiri. Mulai dari penyiapan lahan, kemudian tanahnya dibajak hingga gembur agar tanaman benih bisa tumbuh sempurna. Pemberian nutrisi untuk asupan disesuaikan kebutuhan dari prapertumbuhan hingga akhirnya bisa dipanen.

Termasuk menyandingkan dengan kebudayaan masyarakat setempat dilakukan oleh petani berupa ritual khusus saat proses menanam hingga akan di panen. Seperti itu wujud perlakuan petani terhadap si Dewi Kehidupan.

Hari ini, petani sedang panen. Tentunya perasaan bahagia bersemayam dalam hati dan pikiran pak tani, tanaman yang telah dirawat dengan penuh kasih sayang akhirnya menuai hasil. Mungkin juga disisi lain ada rasa takut, jika panen kali ini gagal. Mudah-mudahan saja tidak.

Cuaca hari ini cukup baik untuk panen, cerah sekali. Bisa mengupas kulit jika kita berjemur tanpa sehelai kain yang melindungi.

Ya, dibawah terik matahari siang itu ibu-ibu sedang panen (Massangki) di sawah milik pak Kamaruddin, sesekali kadang ada canda tawa dan nyanyian khas petani dilantunkan untuk menambah semangat kerja di saat panen.

Di Salassae, saat panen umumnya dilakukan oleh perempuan, di kampung lain juga bisa jadi demikian. Selain perempuan, tentu laki-laki juga terlibat. tapi pada umumnya di dominasi oleh perempuan jika dilihat dari jumlah saat panen padi.

Keterlibatan perempuan di sektor pertanian sangat penting, potret keterlibatan itu bisa dilihat dari proses penyiapan, menyemai benih, perawatan, menanam hingga panen dilahan pertanian petani.

Dari sudut pandang diskusi warung kopi dan lesehan, peran perempuan tersebut harusnya dipertahankan. Dengan terlibatnya perempuan di sektor pertanian akan memberi dampak yang luar biasa. Apalagi jika perempuan yang dimaksudkan adalah perempuan yang secara khusus bekerja sebagai ‘buruh panen’.

Alasannya sederhana, dengan keterlibatannya maka semangat gotong royong tetap terjaga, gotong royong yang dimaksudkan bukan hanya saat kerja bakti, tapi lebih dari itu, gotong royong bertujuan saling menguatkan antar sesama, baik secara sosial, budaya dan ekonomi.

Namun kondisi sekarang hanya di tempat-tempat tertentu peran atau keterlibatan perempuan bisa hadir dan dihadirkan. Sebab laju tekhnologi perlahan mengambil alih peran-peran tersebut, Contoh kasus yang paling jelas bisa dilihat dengan hadirnya mesin panen dilahan sawah petani. Mesin telah mengambil alih peran perempuan saat panen.

Mungkin kehadiran mesin itu untuk memudahkan, tapi semangat gotong royong pastinya perlahan akan hilang. Bukan cuma itu, begitu pun dengan peluang kerja juga akan ikut dihilangkan.

Lalu apa yang yang harus dilakukan?

Paling tidak kebiasaan lama yang mengandung nilai kebajikan harus tetap tumbuh. Begitupun dengan tradisi panen padi yang melibatkan perempuan pemanen padi mesti dipertahankan eksistensinya. Agar semangat gotong royong yang kita pahami selama ini menembus ruang sosial dan juga berdampak pada peningkatan ekonomi bagi masyarakat.

Panen dan keterlibatan perempuan, masihkah?