Segelas Air Putih

Sudah dua hari saya batuk. Batuknya berlendir. Setiap mau batuk, tenggorokan rasanya gatal bukan main dan biasanya disertai dahak.

Awalnya, diobatai pakai campuran perasan air jeruk nipis dan kecap, lumayan membantu. Tapi lama-kelamaan tidak mempan. Malah batuknya tambah kuat.

“Di Komix aja, yah..” kata istriku mirip iklan obat batuk di televisi. Ku ikuti sarannya. Kebetulan ada beberapa bungkus dalam kotak obat. Alhamdulillah, batuknya reda. Sayang, rasa gatal di tenggorokan itu belum juga mau pergi.

Semalam habis tarawih batuknya kembali lagi. Langsung saya Komix. Hasilnya batuk reda tapi muncul efek baru yakni teler dan mengantuk sekali.

Kulihat kaka’ (begitu panggilan akrab putri sulung saya di rumah) menggambar di kamar. Sementara ade’ (kalau ini panggilan sayang kaka’ untuk adiknya) asyik menggambar di ruang tengah.

Dia membaca dengan volume suara penuh, seperti gaya membaca kanak-kanak pada umumnya. Suaranya melengking tinggi. Sepertinya dia ingin  menunjukkan bahwa dia sudah bisa membaca pada seisi rumah.

Meski agak terganggu, kudekati dan kucoba rebahan di dekatnya. Barangkali efek obat yang kukonsumsi tadi kuat, tak terasa saya langsung tertidur.

“Ayah bangun. Bangun, yah.” Ade’ menggoyang-goyangkan tubuhku. Samar kulihat dia tersenyum. Tapi karena rasa kantuk yang kuat. Saya kembali terlelap.

Saat terbangun, ade’ masih di sampingku. Dia sibuk membenahi buku dan alat tulisnya lalu memasukkannya ke dalam tas.

Entah, beberapa menit kemudian saya terbangun lagi. Kembali karena batuk. Namun batuk kali ini sangat mengganggu. Badan sampai berguncang seperti mau muntah. Tenggorokan terasa panas dan gatal.

Sayup ku dengar ada yang menuangkan air ke dalam gelas.

“Ayah minum dulu.” Saya terbangun. Rupanya ade’ yang menawarkan air putih. Ku teguk pelan-pelan, “terima kasih, sayang.” Dia mengangguk dan berlalu.

Saya kembali melanjutkan tidur. Sebelum terlelap, saya ingat suatu malam pernah memberinya segelas air putih. Saat itu dia juga sedang batuk.

Ku pikir ini balasannya. Sungguh tak ku duga sebelumnya. Balasan ini terasa lebih berarti dari pada yang pernah kulakukan padanya dulu. Tiba-tiba rasa haru muncul dalam dadaku.